TEHERAN (Arrahmah.com) – Otoritas Iran secara resmi telah merilis aplikasi pesan seluler dalam upaya untuk mendorong pengguna untuk meninggalkan Telegram yang saat ini dilarang.
Soroush, aplikasi lokal yang dipromosikan oleh pemerintah Iran, membanggakan sebagian besar fitur yang ditemukan di Telegram, aplikasi populer yang secara luas digunakan sebagai cara berkomunikasi selama protes anti-pemerintah pada 2017 lalu.
Dorongan untuk Soroush muncul ketika Pusat Cyber Nasional memutuskan untuk menarikan lisensi Telegram untuk beroperasi di negara tersebut, lansir Al Jazeera pada Kamis (26/4/2018).
Lembaga pers negara IRNA mengatakan pada Kamis (26/4) bahwa pembatalan lisensi Telegram diumumkan oleh Perusahaan Infrastruktur Telekomunikasi, satu-satunya penyedia infrastruktur telekomunikasi di Iran.
Pengganti Telegram
Orang-orang di Iran melaporkan bahwa mereka telah mengalami masalah saat menggunakan Telegram, yang memiliki 40 juta pengguna di negara tersebut.
Awal bulan ini, pemerintah Iran mengatakan akan secara permanen memblokir Telegram dan mengarahkan orang-orang untuk menggunakan layanan lokal.
Selama protes anti-pemerintah tahun lalu, otoritas mengatakan bahwa mereka memblokir Telegram karena “masalah keamanan nasional”, mengacu pada sistem pesan terenkripsi yang digunakan Telegram yang melindungi pesan pengguna agar tidak dibaca.
Instagram, aplikasi media sosial populer lainnya, juga diblokir selama aksi protes.
Soroush
Soroush secara resmi diluncurkan pada Kamis (26/4).
Hubungan pemerintah ke Soroush telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan warga Iran bahwa pesan mereka dapat dipantau. Ini adalah sesuatu yang tidak dapat dilakukan pemerintah dengan Telegram karena tidak memiliki akses ke kunci enkripsi dan server aplikasi.
Soroush memiliki fitur yang mirip dengan Telegram termasuk paket stiker yang memungkinkan pengguna mengunduh emoji baru untuk digunakan dalam pesan mereka.
Selama beberapa bulan terakhir, Telegram telah terlibat dalam pertempuran hukum dengan pemerintah dari beberapa negara.
Selain Iran, aplikasi tersebut juga baru-baru ini diblokir di Rusia karena perusahaan itu menolak menyerahkan kunci penyandiannya ke layanan keamanan Rusia.
Penyerahan kunci ini akan memungkinkan pemerintah untuk membaca semua pesan yang dikirim pada platform, melanggar privasi pengguna.
Sebagai akibat dari pemblokiran Telegram di Iran dan Rusia, semakin banyak pengguna internet di kedua negara telah mulai menggunakan jaringan pribadi virtual atau VPN-teknologi untuk menghindari blok-yang memungkinkan mereka untuk terus menggunakan Telegram. (haninmazaya/arrahmah.com)