GAMBIA (Arrahmah.id) – Sebuah gugus tugas pemerintah di Gambia mengumumkan pada Jumat (21/7/2023) bahwa empat obat batuk yang diimpor dari India bertanggung jawab atas kematian sedikitnya 70 anak akibat gagal ginjal tahun lalu.
Menteri Kesehatan Dr Ahmadou Lamin Samateh mengatakan pada sebuah konferensi pers bahwa ada kegagalan dalam peraturan dan pemeriksaan impor obat, dimulai dengan produk yang tidak terdaftar di Badan Pengawasan Medis (MCA) negara Afrika Barat tersebut.
Kepala MCA telah diberhentikan, katanya, sementara ia juga menyalahkan apoteker pengawas yang mengesahkan impor obat tersebut tanpa pemeriksaan latar belakang yang memadai, lansir AFP.
Dimulai pada September tahun lalu, Gambia memerintahkan penarikan kembali beberapa obat batuk dan pilek, serta semua produk yang diproduksi oleh laboratorium India Maiden Pharmaceuticals, tempat asal sirup obat yang dipalsukan, setelah kematian sedikitnya 70 bayi.
Kemudian melarang semua produk dari perusahaan India tersebut.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tes laboratorium menemukan “jumlah yang tidak dapat diterima” dari dietilen glikol dan etilen glikol, yang biasanya digunakan sebagai antibeku dan dapat berakibat fatal bila tertelan.
Dampak racun dari zat-zat ini termasuk “cedera ginjal akut yang dapat menyebabkan kematian,” kata badan tersebut.
Gugus tugas Gambia mencatat kebutuhan mendesak untuk mendirikan laboratorium kontrol kualitas untuk melakukan tes pada semua obat yang diimpor ke negara itu, yang mana WHO memberikan dukungan untuk mendirikannya.
Samateh mengatakan bahwa mereka juga merekomendasikan perbaikan pada sistem medis negara tersebut termasuk mendirikan sekolah farmasi dan peraturan yang lebih ketat tentang obat-obatan.
Pemerintah Gambia juga sedang menjajaki opsi-opsi untuk mengambil tindakan hukum terhadap produsen obat-obatan yang tidak aman dari India untuk mendapatkan kompensasi bagi para korban, katanya.
Sebagai buntut dari skandal kesehatan ini, India meluncurkan sebuah investigasi dan menutup pabrik Maiden Pharmaceuticals pada Oktober.
Awal tahun ini, WHO mengumumkan seruan untuk “tindakan segera dan terkoordinasi” untuk memberantas obat-obatan yang tidak sesuai dan dipalsukan, khususnya sirup obat batuk yang tercemar yang terkait dengan kematian 300 anak di Gambia, Indonesia dan Uzbekistan. (haninmazaya/arrahmah.id)