WASHINGTON (Arrahmah.com) – Pemerintah salibis Amerika Serikat pada hari Selasa (10/6/2014) mengutuk keras mujahidin Islam yang telah merebut kota terbesar kedua di Irak, Mosul, dari tangan rezim Syiah Nouri Al-Maliki. Amerika Serikat menganggap situasi di Irak “sangat berbahaya”, Al-Jazeera melaporkan.
Juru bicara Depertemen Luar Negeri Amerika Serikat, Jen Psaki, dalam pernyataan persnya mengatakan bahwa pemerintah AS mendukung sepenuhnya “respon yang kuat dan terkoordinasi untuk menghalau serangan tersebut”.
Psaki menambahkan bahwa pejabat senior AS di Washington dan Baghdad sedang menyelidiki peristiwa tersebut dan berkoordinasi dengan pemerintah Irak serta para pemimpin Irak dari seluruh spektrum politik termasuk pemerintahan otonomi Kurdistan.
“Amerika Serikat akan menyediakan semua bantuan yang tepat kepada Pemerintah Irak dalam Persetujuan Kerangka Kerja Strategis untuk membantu memastikan bahwa upaya ini berhasil,” katanya.
Gedung Putih juga menekan pemerintahan Nouri Al-Maliki untuk bekerja lebih serius dalam memerangi kelompok-kelompok “teroris” Islam di Irak.
Juru bicara Gedung Putih Josh Earnest mengatakan Amerika mendorong “semua pemimpin Irak, termasuk Perdana Menteri Maliki untuk berbuat lebih banyak untuk mengatasi masalah yang belum terselesaikan, untuk lebih memenuhi kebutuhan semua rakyat Irak”.
“Kami akan melanjutkan hubungan penting kami dalam hal memberikan beberapa bantuan keamanan kepada pemerintah Irak. Tapi akhirnya ada tanggung jawab atas nama para pemimpin Irak untuk melangkah ke piring di sini, yang mencakup Perdana Menteri Maliki,” katanya kepada para wartawan di Washington.
Para pejabat bersikeras AS tetap bertanggung jawab untuk membantu rezim Nouri Al-Maliki dengan keamanan.Pemerintah AS memiliki “hubungan abadi” dengan rezim Syiah Irak dalam pengadaan sumber daya militer.
“Pengiriman kami telah menyertakan pengiriman 300 rudal Hellfire, jutaan putaran tembakan senjata ringan, ribuan butir amunisi tank, roket helikopter, senapan mesin, granat, senapan sniper, senapan M16 dan M4 ke badan keamanan Irak,” kata Earnest.
“Kami tetap terlibat dalam diskusi yang sedang berlangsung dengan pemerintah Irak tentang bagaimana kita dapat terus mendukung upaya kontra-terorisme Irak … tanggapan kita terhadap permintaan Irak untuk pengiriman dipercepat dari artikel pertahanan sejak krisis Anbar dimulai pada bulan Januari telah cepat, komprehensif dan terus,” katanya lagi.
Departemen Pertahanan dan Departemen Luas Negeri AS mengamati dengan cermat perkembangan yang terjadi di Irak.
“Kami menjalin komunikasi dengan para pejabat Irak. Namun pada akhirnya Pemerintah Irak dan Tentara Iraklah yang harus menghadapi situasi ini,” kata Menteri Luar Negeri AS John Kerry.
Amerika Serikat, Barat dan rezim Syiah Irak selalu menggunakan istilah “teroris Islam” dan “ISIS” untuk menyebut semua kelompok jihad dan suku muslim Irak yang berjuang melawan penindasan rezim Syiah Irak. Penggunaan istilah tersebut disengaja untuk menghapus fakta penindasan, pembantaian, pengusiran dan kezaliman rezim Syiah Irak kepada kaum muslimin Irak. Mereka ingin mengesankan kepada dunia internasional bahwa apa yang terjadi di Irak adalah revolusi seluruh unsur muslim terhadap rezim Syiah Irak. Mereka ingin mencitrakan revolusi rakyat muslim Irak secara buruk dengan lebel “teroris Islam”, “Al-Qaeda Irak” dan “ISIS”.
(muhib al majdi/arrahmah.com)