Oleh Abu Huzaifah Mufakkir Islam
(Arrahmah.com) – Subuh, 20 November 1979, (bertepatan) 1 Muharam 1400 H. Waktu menunjukkan pukul 5:18 pagi di Masjid al-Haram. Sholat subuh baru saja selesai. Di muka 50.000 jamaah, Sheikh Mohammed al-Subayil, menutup doa dengan harapan akan kedamaian, tiba-tiba senjata menyalak.
Gelegar suara letusan menggema di seluruh ruangan masjid. Para jamaah panik menyaksikan seorang pemuda menggenggam senjata, melangkah menuju Ka’bah.
Sementara yang lainnya menembaki merpati yang biasa bergerombol di atas bangunan di luar Masjid al-Haram. Dua orang polisi masjid ditembak mati dekat tembok.
Di tengah keributan dan kepanikan, pemimpin pemberontak, Juhayman ibn Muhammad ibn Saif al-Otaibi muncul diapit oleh tiga militan bersenjata. Dia adalah seorang khatib Badui berusia 43 tahun, dengan mata hitam, rambut sebahu, dan janggut hitam berombak. Memakai jubah tradisional Saudi berwarna putih yang dipotong pendek di pertengahan kaki, sebagai simbol penolakan terhadap kekayaan materi.
Juhayman berjalan maju mendekati Ka’bah, mendorong sang ulama, mengancamnya dengan senjata, merebut mikrofon dan mengumumkan, bahwa Imam Mahdi telah datang, sekarang menduduki Masjid al-Haram. Imam Mahdi itu bernama Muhammad Abdullah bin al-Qahtani.
Ini adalah penggalan tulisan seorang penulis di kompasiana di rubrik sejarah. Ungkapan serupa juga akan kita dapatkan dalam buku “Kudeta Mekkah: Sejarah Yang Tak Terkuak”. Buku yang berhalaman 384 tersebut adalah tulisan Yaroslav Trofimov, seorang koresponden luar negeri the wall street journal.
Menurut Trofimov, pada tahun-tahun setelah tragedi 1979, Pemerintah Saudi mencoba sekuat tenaga menghapus peristiwa berdarah itu dari memori publik dan menganggapnya hanya insiden lokal semata.
Efri Ritonga dalam Koran Tempo, Minggu, 03 Februari 2008 menuliskan:
Peristiwa itu menjadi bagian penting dari sejarah modern Kota Mekkah. Meski demikian, kebanyakan orang, terutama kaum Muslim, tak paham apa yang sejatinya terjadi saat itu.
Maklum, ketika peristiwa itu berlangsung, Pemerintah Saudi melarang keras media massa meliput dan memberitakannya. Tak hanya itu, jaringan telepon, telegram, dan surat-menyurat pun diputus.
Alhasil, tak ada celah bagi siapa pun untuk dapat mengakses peristiwa itu dari luar tempat kejadian.
Pada tahun 2006, dua puluh tahun kemudian, Yaroslav Trofimov berusaha menyusun kembali serpihan sejarah atas kejadian itu. Untuk menyibak detail peristiwa yang tak terkuak khalayak itu, Trofimov memburu sumber-sumber penting dan tepercaya, antara lain: pelaku ‘gerakan 1979’ yang masih hidup; Paul Barril, kepala misi pasukan Prancis saat itu; tentara Arab Saudi; Perpustakaan British, satu-satunya tempat di Eropa yang menyimpan pelbagai surat kabar Saudi tahun 1979; arsip Pemerintah AS dan Inggris yang berisi laporan rahasia dari para diplomat dan mata-mata; serta CIA dan British Foreign Office.
Apa Yang Sebenarnya Terjadi Pada Kudeta Mekkah
Tragedi kudeta mekkah pada tahun 1979 adalah akibat pemahaman yang keliru tentang kedatangan imam mahdi. Walaupun jika kita teliti lebih jauh, kekeliruan dalam memahami kedatangan imam mahdi bukan satu-satunya sebab ‘kudeta mekkah’. Juhayman ibn Muhammad ibn Saif al-Otaibi atau Syekih Juhayman menentang penyelewangan yang dilakukan kerajaan Saudi Arabia yang mengklaim sebagai pembela tauhid.
Di mata syeikh Juhayman, Saudi telah melakukan banyak penyelewengan dan telah kehilangan legitimasi sebagai pemimpin syah. Karenanya ia menentang dan melawan pemerintah Saudi. Sayangnya, perlawanannya dinodai dengan sesuatu yang berbau ‘ramal-meramal’, yang akhirnya membawa dirinya jatuh ke lubang ghuluw.
Pada saat itu, sebagaimana yang dituliskan Trofimov: “Juhayman berjalan maju mendekati Ka’bah, mendorong sang ulama, mengancamnya dengan senjata, merebut mikrofon dan mengumumkan, bahwa Imam Mahdi telah datang, sekarang menduduki Masjid al-Haram. Imam Mahdi itu bernama Muhammad Abdullah bin al-Qahtani”.
Karenanya, merujuk fatwa para ulama berpengaruh saat itu, Pemerintah Saudi mendakwa mereka melakukan tindakan sesat: mendeklarasikan munculnya Imam Mahdi yang tewas dalam pertempuran itu sebagai penyelamat dunia; serta menguasai dan menjadikan Masjid al-Haram, tempat tersuci umat Muslim, sebagai medan pertempuran dan kekerasan.
Sebagai hukumannya, Juhaiman dan pengikutnya yang tertangkap hidup-hidup kemudian dipenggal kepalanya, eksekusi penggal kepala ini dilaksanakan di beberapa kota di Saudi.
Pada tanggal 9 Januari 1980, 63 kelompok Juhayman dipancung di 8 kota termasuk Mekkah. Di antara mereka, 41 warga Saudi, 10 warga Mesir, 7 warga Yaman, 3 warga Kuwait, 1 warga Irak, dan 1 warga Sudan, 2 warga Amerika, warga Jordan dan warga Somalia.
Meramal Datangnya Imam Mahdi
Rasulullah 14 abad yang lalu telah berwasiat, “Pada akhir zaman akan ada para penipu lagi tukang dusta. Mereka datang kepada kalian dengan omongan-omongan yang belum pernah kalian atau bapak-bapak kalian mendengarnya. Hindarilah mereka sehingga mereka tidak menyesatkan kalian dan tidak membuat fitnah di antara kalian.” (HR. Bukhari No, 6927)
Sungguh benar apa yang sabdakan Rasulullah, hari ini kita membaca dan mendengar ramalan-ramalan ‘liar’ tentang akhir zaman. Hari ini kita tidak akan sulit mencari prediksi-prediksi, kapan datangnya Imam Mahdi, turunnya Isya dan pembunuhan dajjal oleh Isya di baitul maqdisi. Bahkan, ada yang sudah berani meramal tahun kedatangan mahdi dan pembaitannya, Na’udzubillah Minhu. Parahnya lagi, kelompok yang akan melahirkan mahdinya pun sudah ditunjuk!!.
Ini adalah sikap ‘sok’ tahu yang tidak pernah diajarkan oleh para ulama kita terdahulu. Tidak ada seorangpun yang tahu apa yang akan terjadi esok hari, apalagi apa yang akan terjadi beberapa tahun ke depan.
Dan perlu dicatat, yang mengaku mengetahu peristiwa yang belum terjadi pada umumnya adalah dukun. Sebab peristiwa yang belum terjadi adalah perkara ghoib yang ilmunya hanya di sisi Allah saja. Tidak seorangpun diberitahu olehNya tentang hal-hal yang ghoib kecuali rasul-rasul tertentu yang diridhoiNya (baca, QS. Jin ayat 26-27).
Dalam buku ‘Kiamat Kok Diramal’ terjemahan dari Fiqh Asyroothis Sa’aah karya Dr. Muhammad Al-Muqoddam. Disebutkan, Imam Malik meriwayatkan, seseorang mengatakan kepadaku bahwa ia menjumpai Rabi’ah yang didapatinya sedang menangis. Ia bertanya, apa yang membuatmu menangis?. Adakah musibah yang terjadi padamu?.
Lalu tangisnya mereda dan ia menjawab, tidak, akan tetapi saya menangis kerena orang tidak berilmu telah dimintai fatwa sehingga muncul dalam Islam perkara besar.
Rabiah berkata, sungguh sebagian orang yang berfatwa di sini lebih layak dikurung daripada para pencuri. (Al-Muqoddam, Kiamat Kok Diramal, [solo, aqwam, 2008], Hal: 12).
Apa yang dinyatakan Rabiah sungguh sangat benar. Salah satu sebab permasalah pelik yang menimpa umat dan tidak selesai sampai hari ini adalah banyaknya orang yang berfatwa tanpa ilmu sehingga menimbulkan masalah besar buat agama ini. Salah satunya adalah ramalan berikut, yang disebar penulisnya melalui media sosial oleh penulis.
Perkiraan Tahun Kelahiran Al-Mahdi, Dibaiatnya Al-Mahdi, Dan Munculmnya Dajjal
Pada tahun 1981 dan 1982 terjadi gerhana bulan dan matahari peristiwa tersebut terjadi pada bulan Ramadhan dua tahun berturut-turut. “Akan ada dua gerhana matahari di bulan Ramadhan sebelum kedatangan Al Mahdi.” (Mukhtasar Tazkirah Qurtubi)
Kemudian diikuti dengan munculnya komet yaitu bintang berekor ini pernah direkodkan melintasi bumi pada tahun 1986. Komet ini merupakan sebuah bintang terang bersinar yang melintas dari Timur ke Barat. Ini terjadi setelah gerhana matahari dan bulan pada tahun 1981 dan 1982.
“Sebelum kemunculan Imam Mahdi, sebutir bintang berekor akan muncul dari arah timur.” (Ibn Hajar Al Haitami, Al Qaul Al Mukhtasar fi ‘alamat Al Mahdi Al Muntazzar)
Maka jika kelahiran al-Mahdi pada tahun 1981 sedangkan umur al-Mahdi pada saat di baiat adalah berumur 40 tahun Sebagaimana dijelaskan oleh Imam as Sayuti, Abu Nua’im meriwayatkan dari Abi Umamah katanya, Rasulullah SAW bersabda:
“Di antara kamu dan orang-orang Rum akan berlaku 4 kali perdamaian. Pada kali keempatnya berlaku di tangan salah seorang daripada keluarga Hiraqlu. Perjanjian itu berterusan selama 7 tahun”.
Ada seorang sahabat bertanya Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah! Siapakah Imam orang ramai (orang Islam) pada hari itu?”
Rasulullah SAW menjawab,
“Al Mahdi daripada anak cucuku. Dia berumur 40 tahun, mukanya bagai bintang yang bersinar-sinar, di pipi sebelah kanannya terdapat tahi lalat hitam, dia memakai dua jubah Qatwaniyyah bagaikan pemuda Bani Israel. Dia mengeluarkan gedung-gedung dan menakluk negeri-negeri syirik.” (Al-Hawi Lil-Fatawi)
Jika dijumlahkan tahun 1981 M = 1401 H tambah 40 tahun sehingga menjadi 1441 H, maka dibaiatnya al-Mahdi adalah pada tahun 2019 M.
Dari judulnya saja sang penulis sudah memberikan kesan ‘ramal meramal’, Perkiraan Tahun Kelahiran Al-Mahdi, Dibaiatnya Al-Mahdi, Dan Munculmnya Dajjal.
Terkait akidah atau keyakinan penulis memakai perkiraan atau mengira-ira. Padahal terkait akidah tidak boleh diyakini apalagi disebar luaskan kalau bukan dari sesuatu yang ‘pasti sifatnya’. Karena wilayah akidah adalah wilayah yang pasti bukan wilayah dzonni. Dari pondasi yang rapuh ini penulis membangun bangun besar yang sangat rapuh dan membahayakan banyak orang.
Dengan mengkiaskan kejadian alam berupa gerhana matahari dan bulan Pada tahun 1981 dan 1982, penulis kemudian mengutip sebuah keterangan yang ia klaim berasal Mukhtasar Taz[d]kirah [karya imam] Qurtubi.
Penulis kemudian dengan beraninya mengambil sebuah kesimpulan bahwa tahun tersebutlah kelahiran Al-Mahdi yang dinanti. Kemudian ia juga menghubungkan kemunculan ‘komet yaitu bintang berekor ini pernah direkodkan melintasi bumi pada tahun 1986’, klaimnya, dengan kedatangan Al-Mahdi. Klaimnya ini disandarkan kepada Ibn Hajar Al Haitami, dalam Al Qaul Al Mukhtasar fi ‘alamat Al Mahdi Al Muntazz[d]ar.
Dan inilah hasil ramalannya, Jika dijumlahkan tahun 1981 M = 1401 H tambah 40 tahun sehingga menjadi 1441 H, maka dibaiatnya al-Mahdi adalah pada tahun 2019 M.
kemudian ia melanjutkan; didalam hadist yang lain juga dijelaskan bahwa akan datang panji hitam dari timur akan mendirikan khilafah untuk al-Mahdi,
يخرج ناس من المشرق فيوطئون للمهدي يعني سلطانه.
“Akan keluarlah manusia dari Timur, mereka itu merintis kekuasaan untuk Al Mahdi.” (HR. Ibnu Majah)
Didalam riwayat yang lain dijelaskan masa antara di deklarasikan khilafah dan diserahkan kepada al-Mahdi itu selama 72 bulan atau 6 tahun lamanya.
Al Walid bin Muslim telah meriwayatkan kepada kami dari Abi Abdillah dari Abdil Karim Abi Umayyah dari Muhammad Ibnil Hanafiah katanya: Akan keluar panji-panji hitam Bani Abbas kemudian akan keluar dari Khurasan satu lagi panji-panji hitam, kopiah mereka berwarna hitam dan pakaian mereka berwarna putih, mereka diketuai oleh seorang lelaki yang digelar Syuaib bin Soleh bin Syuaib dari keturunan Bani Tamim.
Mereka ini akan mengalahkan puak Sufyani sehingga tiba di Baitul Maqdis, dia akan menyerahkan pemerintahannya kepada Imamul Mahdi dan menyerahkan kepadanya 300 orang dari Syam.Tempoh diantara keluarnya dan dia menyerahkan pemerintahan kepada Imam Mahdi 72 bulan.
- Alfitan oleh Alhafiz Nuaim bin Hammad (Hadis 851)
- Alurful Wardi oleh Imam Sayuti (m/s 67-68)
- Fatawa Hadisiah oleh Imam Ibnu Hajar Alhaitami (m/s 42)
Dan inilah ramalannya: Khilafah untuk al-Mahdi telah dideklaraskan pada tahun 2014 M= 1435 H maka jika ditambah 6 tahun masa berkuasa bani Tamim sebelum diserahkan pada al-Mahdi sehingga menjadi 1441 H = 2019 M maka pada tahun 2019 M al-Mahdi dibaiat di sisi Ka’bah. Jika al-Mahdi di baiat pada tahun 2019 M Sedangkan ia akan berkuasa selama selama 7 tahun
“…Imam Mahdi akan membagi-bagikan harta dan beramal mengikut Sunah Nabi mereka SAW di kalangan manusia. Ketika itu Islam tersebar dengan luas. Dia akan memerintah selama tujuh tahun kemudian wafat dan jenazahnya dishalatkan oleh Umat Islam.” (HR. Abu Daud)
Maka keluarnya Dajjal adalah pada akhir pemerintahan al-Mahdi, al-Mahdi dibaiat pada tahun 2019 M ditambah masa pemerintahannya selama tujuh tahun maka keluarnya Dajjal adalah sekitar tahun 2026 M. Wallahu a’lam
Subhanallah, kita berlindungan dari kebodohan dan pembodohan orang-orang bodoh, kita berlindung dari kesesatan dan penyesatan orang-orang sesat.
Apakah mereka tidak membaca firman Allah:
“…maka siapakah yang lebih dzalim daripada orang-orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah untuk menyesatkkan manusia tanpa pengetahuan? Sesungguhnya Allah tidak member petunjuk kepada orang-porang yang dzalim.” (QS. Al-An’am: 114).
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.“ (QS. Al-Isra’: 36).
Sebagai pembanding, silahkan baca link berikut: http://myquran.or.id/forum/showthread.php/34333
Penutup
Kalau bukan karena kecintaan kami kepada Islam dan kaum muslimin maka tulisan ini tidak akan kami tulis. Penulis yakin, kita semua menghendaki kejayaan umat dan tegaknya kekhilafahan yang menaungi umat, tetapi bukan dengan cara seperti ini. Bukan dengan ‘meramal’. Satu hal yang perlu dicatat: ini menunjukkan kelemahan sang ‘penulis atau peramal’ dalam manhaj talaqqi dan istidlal.
Hendaknya semua pihak saling menasehati dan tidak membiarkan ada kekeliruan di sekitarnya. Jangan sampai kita seperti pena yang tajam ke depan tetapi tumpul ke belakang.
Pena yang dapat mensoroti ‘bobrok’ dan kesalahan orang lain tetapi kepada teman terdekat lupa atau sengaja mengudzur. Jangan sampai kita menjadi lilin yang mampu mensinari orang lain tetapi ‘internalnya’ lupa dan kemudian meleleh habis.
Wallahu a’lam bish shawab…
(*/arrahmah.com)