Oleh: Ustadz Irfan S. Awwas
Berbincang dengan sohib seperjuangan dalam dakwah dan jihad, selalu menginspirasi dan berhikmah.
Pada 18 November 2023 lalu, setelah menghadiri acara Pembukaan Ijtima’ Ulama dan Tokoh bertema: ARAH PERJUANGAN UMAT KEARAH INDONESIA YANG LEBIH BAIK, bertempat di Aula Masjid Az Zikra, Sentul, Bogor. Ditemani Ketua II Majelis Mujahidin Faishal Abdul Azis, MA dan Sekum Majelis Mujahidin Ahmad Isrofiel Mardlatillah, MA, beserta beberapa pengurus LPD MM Bogor, saya berkesempatan silaturahim ke kediaman Ustadz Farid Ahmad Okbah di daerah Bekasi.
Farid Ahmad Okbah, yang pernah bermukim di Australia, dan kemudian ikut berjihad di Afghanistan melawan tentara Uni Soviet yang hendak menganeksasi negeri Taliban tersebut, belum lama bebas dari penjara rezim Jokowi. Ia ditangkap Detasmen Khusus (Densus) 88 antiteror bersama dua rekan terduga terorisme pada Selasa (16/11/2021). Ketiganya, yakni Farid Ahmad Okbah, MA, Dr. Anung Al-Hamat dan Dr. Ahmad Zain An-Najah divonis 3 tahun penjara atas kasus yang dipaksakan oleh rezim penguasa.
Dalam perbincangan Sabtu siang di rumahnya itu, Farid mengungkapkan keperihatinannya menyaksikan kondisi umat Islam yang kian melemah dan tidak terkoordinasi. Umat Islam kini, setidaknya terkungkung dalam tiga kondisi yang memprihatinkan.
Pertama, umat Islam gagal menyadari kehebatan Islam, sehingga kaum muslimin, terutama pemerintahan di negeri-negeri mayoritas muslim, merasa perlu meminjam ideologi atau sistem hidup di luar Islam dalam mengurus negara dan masyarakatnya. Mereka tidak percaya akan menjadi bangsa besar, maju dan berdaulat, bila membangun kejayaan rakyatnya berlandaskan syariat Islam yang membawa misi rahmatan lil alamin.
Kedua, umat Islam selalu gagal memetakan siapa kawan dan siapa lawan. Siapa musuh yang harus diwaspadai dan siapa kawan yang mesti dibersamai. Hanya karena perbedaan mazhab, perbedaan partai maupun ormas, seringkali kawan dijadikan musuh dan musuh dijadikan kawan. Atau kawan dimusuhi sedang lawan dibersamai. Konflik antara rakyat Muslim Palestina versus penjajah kafir zionis “Israel” sebagai contoh paling aktual. Sesama negeri penjajah sepanjang sejarah: Inggris, Amerika, Prancis, Jerman dll terus terang membantu negara penjajah “Israel”, dalam bentuk tentara, senjata, dan harta. Sebaliknya, negeri muslim lebih banyak yang bersikap ambivalen.
Ketiga, lemah dalam membangun kebersamaan. Gerakan Islam sulit sekali membangun kebersamaan dalam aktivitas dakwah dan jihad. Perbedaan kecil saja, kadang hanya baper (bawa perasaan) menyebabkan koordinasi melemah, masing-masing beraktivitas menurut agendanya sendiri.
Usai diskusi, Ustadz Farid Okbah menghadiahkan 3 buah buku hasil tadabbur di “madrasah Yusuf” Rutan Polda Metro, Jaya sejak ditahan 16 November 2021 – 10 Mei 2022. Ketiga buku tersebut masing-masing berjudul:
- INDAHNYA DIPENJARA. Buku ini, mengupas sisi lain kehidupan penjara ditinjau dari Islam dan kemanusiaan. “Jadilah muslim yang positif thinking, menjadi warga negara yang baik dan produktif dalam kebenaran serta kebaikan,” tulisnya.
-
SERUAN DARI PENJARA: WAHAI MUKMIN BERSATULAH. Tema yang dibicakan tentang pentingnya upaya penyatuan. Yaitu, penyatuan qalbu, penyatuan pikiran, dan penyatuan gerak langkah perjuangan, agar kekuatan umat Islam terarah secara konstruktif sehingga menjadi kekuatan yang mendorong bangsa Indonesia lebih maju untuk bersaing ditingkat internasional. Bahkan bisa mewarnai peradaban umat manusia menuju kesejahteraan dan kedamaian.
-
MY HOPE, HARAPANKU UNTUK BANGSA. Di dalam buku ini dibahas tentang aksioma kehidupan, individu berkualitas, keluarga harmonis, masyarakat gotong royong, pemerintahan yang adil, dan penyeimbang keadaan.
“Kata hope mengandung optimisme, harapan agar Indonesia jadi bangsa yang maju. Di dunia kita bisa melihat prilaku yang berbeda antara pengiku Nabi dan pengikut Iblis,” tulis ustadz yang biasa tampil dengan gaya sederhana itu.
Misi para Nabi, ulasnya lagi, adalah membahagiakan pengikutnya, baik di dunia maupun akhirat. Berbeda dengan misi iblis, adalah menyengsarakan para pengikutnya dengan tipu daya, menggambarkan kesengsaraan seakan kebahagiaan bagaikan fatamorgana. Iblis membangun paradigma kehidupan atas dasar dusta bercampur tipu daya, agar tersamarkan bagi mereka yang kurang waspada.
Selama 3 tahun meringkuk di penjara, Ustadz Farid Ahmad Okbah melahirkan 7 karya tulis dalam bahasa Indonesia, dan satu buku berbahasa Arab.
Maha Benar Allah dengan firman-Nya,
“Apakah manusia menyangka bahwa mereka dibiarkan berkata: “Kami beriman”, tanpa diberi cobaan sedikit pun? Sungguh orang-orang mukmin dahulu telah Kami beri berbagai cobaan. Dengan cobaan-cobaan itu Allah tampakkan siapa yang benar-benar beriman dan siapa yang palsu imannya.” (QS. Al-‘Ankabut (29) : 2-3)