GAZA (Arrahmah.com) – Pada 6 Syawal 1436 H atau 22 Juli 2015 M, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam Hamas, Brigade Izzuddin Al-Qassam mengungkapkan bahwa pada pihaknya berhasil menguasai dan mengambil alih pesawat tanpa awak (drone) milik Zionis jenis “Skulark1”. Drone itu biasa digunakan penjajah itu untuk merekam, mengintai dan memantau wilayah Jalur Gaza dari langit.
Dengan cerdik, segera pasca pengambil-alihan, Al-Qassam kemudian melakukan pemeriksaan keamanan dan teknis. Selanjutnya pesawat tersebut dibongkar dan dipelajari sistem operasinya, lalu dirangkai kembali dan digunakan untuk melakukan misi brigade Al-Qassam.
Dalam pernyataan yang dirilis pada hari Rabu (12/8/2015) malam, Brigade Al-Qassam mengatakan bahwa pihaknya berhasil menorehkan prestasi teknologi baru sebagai inovasi dari otak para insinyurnya. Demikian Info Palestina melaporkan pada Kamis (13/8).
Brigade Al-Qassam mengatakan, “Agar musuh (Zionis) tahun bahwa Brigade Al-Qassam senantiasa mengintainya. Bahwa Brigade Al-Qassam akan mengejutkan (Zionis) dalam setiap harinya dengan prestasi baru yang tidak terprediksikan. Di hari-hari yang akan datang (Zionis) akan mengalami hal yang lebih buruk, dengan izin Allah.”
Al-Qassam melanjutkan bahwa prestasi spektakuler para pejuangnya ini dilakukan oleh sekelompok pemuda kreatif yang cerdas. Ini adalah hadiah dari Brigade Al-Qassam kepada para pemuda Palestina. Karena itu Al-Qassam menyerukan kepada para pemuda Palestina yang kreatif untuk bergabung dengan kafilah perlawanan dan mengambil peran mereka dalam proyek pembebasan Palestina, guna mendapatkan kemuliaan yang agung ini.
Pesawat jenis “Skulark1” merupakan jenis pesawat pengintai tanpa awak Zionis yang paling canggih. Karena seorang serdadu bisa meluncurkannya dengan mudah untuk melihat apa yang terjadi di medan pertempuran pada jarak 10 kilometer.
Pesawat yang dimiliki oleh setiap batalyon infanteri Zionis ini memiliki berat sekitar 7 kilogram saja, panjangnya sekitar satu setengah meter. Lebar sayapnya diperkirakan sepanjang tiga meter. Waktu paling lama terbang pesawat ini mencapai 3 jam pada ketinggian 40 kilometer di atas tanah. Biaya untuk membuat pesawat ini diperkirakan sekitar 50 ribu dolar untuk satu pesawat.
Dengan spesifikasi seperti itu, memungkinkan seorang prajurit infanteri membawanya di dalam tas punggungnya, kemudian merangkainya dan meluncurkannya dalam jangka waktu 10 menet untuk menghimpun informasi dan pemantauan. Pesawat ini dikendalikan dengan sistem komputer jinjing atau laptop.
Pesawat ini bisa melakukan tugas mata-mata. Pesawat ini dibekali dengan penggerak listrik yang ringan dan kemampuan independen untuk terbang, dan akurasi pemantauan yang tinggi memberikan aktifasi pesawat secara baik.
Pesawat ini bisa terbang di malam hari di atas pasukan musuh tanpa diketahui oleh pasukan musuh bahwa mereka sedang dipantau. Pesawat ini dibekali dengan peralatan elektronik yang membawa kamera yang bisa menyampaikan gambar sangat akurat selama 24 jam untuk memantau pergerakan musuh dan hambatan alam. Pesawat ini juga bisa digunakan untuk melindungi para serdadu dan memantau apa yang terjadi di sekitarnya pada jarak 10 kilometer.
Seorang prajurit juga bisa mengaktifkan pesawat ini hanya beberapa saat setelah mendapatkan pelatihan. Suara penggerak listrik untuk pesawat ini lembut sampai-sampai tidak terdengar pada jarak 10 meter.
Keistimewaan lain dari pesawat mata-mata Zionis jenis ini adalah adanya kemampuan teknologi canggih dan pesawat ini membawa satu set sensor canggih, menggabungkan antara radar tempur dengan kamera listrik optik, kamera inframerah dan laser.
Akurasi kamera ini sampai bisa menentukan “wajah orang”, hanya saja tidak bisa membedakan apakah wajah itu laki-laki atau wanita atau anak-anak. (adibahasan/arrahmah.com)