Belanda (arrahmah) – Kendati beberapa kali upaya politikus sayap kanan Geert Wilders “merayu” stasiun TV tak menemukan hasil, tokoh “anti-Islam” itu tetap nekad meluncurkan filmnya. Jumat, (28/3) dinihari ia secara resmi meluncurkan film berjudul “Fitna” itu secara online.
Film yang kemungkinan akan menimbulkan reaksi dunia Islam itu diluncurkan di liveleak.com. Selain itu, film berbau “menghina” Nabi ini juga telah beredar di situs Youtube.com.
Langkah Wilders ini mendahului sidang gugatan sela di Pengadilan Rotterdam yang diajukan oleh organisasi muslim di Belanda, yang akan digelar Jumat hari ini.
Padahal pemerintah Belanda sendiri sebelumnya berkali-kali memperingatkan agar tak nekad meluncurkan film yang telah membuat pemerintah Negara itu begitu cemas.
Pemerintah Belanda menyadari akibat sebagaimana efek Kartun Nabi Muhammad yang membuat hubungan ekonomi Negara-negara Muslim dengan Denmark renggang.
Kecemasan itu bisa dilihat dengan pernyataan resmi pemerintah Belanda yang mengatakan, bahwa visi Wilders tidak mewakili negeri dan rakyat Belanda.
Penyiaran film Fitna ini langsung menjadi headline berita seluruh kanal televisi di Belanda. Saat hal itu ditanyakan oleh wartawan dan kemungkinan reaksi umat Islam, Wilders berdalih bahwa itu bukan suara bom meledak, melainkan menggambarkan islam seperti kilat dan petir di Belanda.
Sebagaimana dikutip dari AFP, Jumat (28/3) dalam waktu singkat, film kontroversial yang dibuat anggota parlemen Belanda Geert Wilders telah disaksikan oleh ribuan orang yang mengakses situs youtube.
Pengelola situs youtube sendiri telah mengeluarkan peringatan awal sebelum klip film diputar bahwa film ini berpotensi menyerang pihak tertentu. Selain itu, setiap pengakses film harus mengkonfirmasi dirinya sudah dewasa sebelum menyaksikan film tersebut.
Film yang berdurasi sekitar 17 menit itu secara umum menggambarkan penyerangan teroris yang terjadi di New York dan Madrid yang kemudian dihubungkan dengan ayat Al-Quran.
Rangkaian adegan film dibuka dengan gambar pesawat yang menghantam menara kembar WTC pada 11 September 2001 silam dengan latar suara seseorang dari ujung telepon yang melaporkan keadaan bahaya.
Adegan selanjutnya adalah cuplikan gambar korban tewas dalam peristiwa pemboman kereta bawah tanah di Madrid pada tahun 2004.
Wilders menampilkan potongan ayat sebuah surat dalam Al-Quran yang kemudian diterjemahkan sebagai dasar keyakinan bagi orang Islam untuk melakukan ‘teror terhadap musuh Allah’. Pemaparan ini menjadi bagian film dari menit kedua hingga menit kesepuluh.
Dalam Film Fitna juga dimunculkan gambar kartun Nabi Muhammad SAW dengan surban berbentuk bom di kepala, bersumber dari kartun Jyllands-Posten. Setelah beberapa detik disugestikan bahwa bom itu meledak.
Beragam Tanggapan
Beberapa komentar lansung menghiasi Youtube. Para penanggap dengan keras menyebut Wilders –sang pembuat film– sebagai seorang yang rasis.
Sementara Perdana Menteri Balkenende sebagaimana dikutip sebuah radio Belanda menyesalkan, “”Kami menyayangkan film ini ditayangkan oleh bapak Wilders. Kami tidak mengerti apa tujuan film ini kecuali menyakiti perasaan.
Pemerintah merasa didukung oleh reaksi-reaksi pertama yang berimbang dari organisasi-organisasi Muslim di Belanda.”
Tapi berbeda dengan Wilders. Pembuat film ini justru dengan enteng mengatakan, “Banyak orang mungkin tidak tahu bahwa (terorisme, red) berasal dari Al-Quran. Bahwa Al-Quran mengandung ayat-ayat yang menggunakan istilah torhibu (terorisme). Untungnya masa kini tidak ada lagi orang-orang yang mencari kebenaran di Alkitab atau Taurat untuk membenarkan tindakan yang sangat keji.
Tapi ini masih terjadi dengan Al-Quran dan Islam. Dan saya mau menunjukkan: ini bukan buku yang sekedar tebal saja, tapi semuanya berasal dari buku yang mengerikan itu,” kutipnya.
Sementara itu, Fouad Sidali dari Ikatan Kerjasama warga Maroko di Belanda tak merasa kaget.
“Film ini tidak mengejutkan seperti diduga sebelumnya. Kami belum ditelpon pendukung kami dengan keluhan mereka merasa tersinggung atau dihina. Mereka hanya berkata: bagi kami fragmen-fragmen di film itu juga mengerikan. Itu adalah fragmen-fragmen yang sudah masuk dalam buku sejarah; dan yang bertanggungjawab adalah penjahat, kaum kriminal dan bukannya Islam.”
Sumber: Hidayatullah