AL-QUDS (Arrahmah.com) – Mengutip liputan AFP pada Ahad (31/8/2014), Perdana Menteri “Israel”, Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa negara zionis itu memang sepakat untuk gencatan senjata permanen atas perang Gaza selama 51 hari melawan Hamas. Namun dia juga menyerukan negaranya untuk tetap fokus pada ancaman dari militan regional (baca: Al-Qaeda dan ISIS ), setelah Palestina mengklaim bahwa perang “dedaunan dimakan ulat” telah menjadi kekalahan besar bagi “Israel”.
“Kami berjuang selama 51 hari dan kami bisa berjuang untuk 500 hari, tapi kita berada dalam situasi di mana ISIS [berkuasa] di gerbang Yordania, Al-Qaeda berada di Golan dan Hizbu Syaithon di perbatasan Lebanon,” ujar Netanyahudalam sebuah pidato yang direlay melalui salah satu stasiun TV “Israel”.
Dia merujuk musuh selanjutnya kepada pejuang ISIS, Al-Qaeda yang direpresentasikan Mujahid Jabhah Nusrah di Dataran Tinggi Golan dan sayap militer gerakan Syiah Lebanon Hizbu Syaithon.
“Kami memutuskan untuk tidak terjebak di Gaza, dan kami [ternyata] terjebak [juga], tapi kami memutuskan untuk membatasi tujuan kami dan memulihkan ketenangan kepada warga Israel,” tambah Netanyahu.
Sementara pernyataannya muncul setelah Amerika Serikat, sekutu utama “Israel”, menyerukan koalisi global untuk memerangi para pejuang Muslim yang telah menyiapkan sebuah kebangkitan Islam di daerah mereka dan militer syiah di Irak dan Suriah.
Presiden AS Barack Obama telah mengatakan dia akan mengirim Menteri Luar Negeri John Kerry ke Timur Tengah untuk membahas rencana tersebut. Menurutnya itu akan melibatkan militer, upaya diplomatik dan [kerjasama ]regional.
Di lain pihak, kini Jalur Gaza kembali tenang setelah kesepakatan gencatan senjata permanen dilakukan pada Selasa (26/8). Gencatan senjata jangka panjang ke depannya terus berlanjut jika negosiasi antara “Israel” dan delegasi Palestina bersatu suara pada kesepakatan perdamaian jangka panjang.
Palestina melihat kesepakatan gencatan senjata sebagai kemenangan besar,. Hal itu disebabkan “Israel” berjanji untuk meringankan pengepungan panjang selama delapan tahun, membuka blokade “zona penyangga” di dekat perbatasan di Gaza, dan memperluas zona perikanan lepas pantai Gaza.
Sementara “Israel” tidak mendapatkan imbalan apapun, yang hasratnya ingin melancarkan demiliterisasi pejuang Palestina di Gaza. “Israel” telah bangkrut, baik secara finansial, moral, dan dukungan di dalam masyarakat Yahudi sendiri. (adibahasan/arrahmah.com)