Oleh: Ustadz Felix Siauw
(Arrahmah.com) – Kemanusiaan itu bersifat universal, tak terikat ras dan suku, jarak dan waktu, bahkan yang tak beragama pun seharusnya punya rasa kemanusiaan.
Rasa malu, rasa takut, rasa kasihan, rasa kagum, itu semua manusiawi. Terpatri pada tiap kita sebagai fitrah, kecuali mereka yang sudah dirusak.
Apalagi pada anak-anak, ia makin murni dan makin terlihat, anak-anak senantiasa tersenyum, senang pada hal yang lembut dan baik, sebab mereka fitrah.
Hanya saja, di masa ini, fitrah itu dicoba untuk dicabik-cabik. Dengan tontonan, dengan ungkapan, dengan kebencian, dengan ketidakadilan.
Mengejek jadi sesuatu yang biasa, semua media lalu mempertontonkan kekerasan sebagai solusi lazim dalam menghadapi masalah, menyakiti diwajarkan.
Sadis itu adalah sifat yang bertentangan dengan fitrah manusia. Munculnya saat manusia tidak lagi memuliakan akal, begitu pesan Allah dalam Al-Baqarah.
Karenanya, Islam datang untuk menjaga fitrah, agar manusia selalu berukhuwah, menjaga akal hanya untuk yang baik, dan memuliakan manusia.
Jadi, bila kita sekarang mendengar ada remaja-remaja sadis, ini masalah kejiwaan, mungkin secara fisik dia sekolah, tapi tak pernah membina jiwa.
Andai berakal dan beragama dengan benar, jangankan manusia, binatang saja dimuliakan. Sebab sumber dosa ialah, “mereka yang tak menghitung akhirat”, begitu.
Maka ini pertanyaan bagi kita, selama ini dituduhkan bahwa agama yang membuat ekstrim. Padahal nyata bahwa tanpa agama, manusia tak terkendali.
Ini baru satu kasus yang mengerikan, di luar sana, di negeri-negeri yang sekular sempurna, kasus bullying yang berakhir kematian, sangat-sangat banyak.
Belum tibakah bagi kita semua untuk sadar? Atau minimal kita memikirkan anak-anak kita. Inginkah kita, mereka dibesarkan seperti Ibnu Abbas?
Hanya syariah Islam yang akan memuliakan manusia.
(*/arrahmah.com)