JAKARTA (Arrahmah.com) – Pernyataan pemerintah bahwa kenaikan BBM tidak akan merugikan masyarakat, dinilai Sekjen Forum Umat Islam(FUI) merupakan retorika yang membingungkan masyarakat karena kebijakan tersebut akan membebani masyarakat secara merata.
“Dahulu pemerintah memberikan subsidi kepada masyarakat yang dikatakan ‘tidak mampu’, sekarang subsidi tersebut dicabut,maka akan membebani masyarakat yang tidak mampu tersebut sekaligus yang mampu, ini kan namanya membingungkan”kata Ustadz Muhammad Al Khaththath kepada arrahmah.com, Rabu malam, Jakarta(7/3).
Tambah Ustadz Al Khaththath, seharusnya jika ingin menaikkan harga BBM kepada masyarakat yang mampu secara ekonomi, bukan kepada masyarakat yang tidak mampu.
“Indonesia mayoritas masyarakatnya tidak mampu, karena yang mampu sedikit. Maka, masyarakat yang miskin yang terkena imbasnya paling besar.” Imbuhnya.
Lagi pula, menurutnya Kenaikan harga BBM dengan mencabut subsidi,bukan hanya berimbas pada naiknya harga BBM tersebut, tetapi akan menaikan harga angkutan barang dan harga barang.
“Kenaikan harga akan berantai kepada sektor lain, jadi ini pemiskinan struktural”ujar Ustadz Khaththath.
Ustadz Khaththath menjelaskan, tidak ada alasan untuk menaikkan harga BBM, di Negara-negara lain harga BBM bisa sangat begitu murah.
“Kita lihat di Venezuela, dan Iran bisa sangat murah, anda bisa chek datanya”tuturnya.
Kenaikan harga BBM ini, ditengarai ustadz Khaththath akibat adanya liberalisasi ekonomi, untuk itulah FUI menurutnya akan melakukan aksi untuk menolak liberalisasi tersebut pada tanggal 9 Maret 2012 berbarenagn dengan aksi menolak liberalism agama.
“mereka menaikkan harga, agar pom-pom bensin asing laku, itu saja alasannya”tandasnya.
Sebagaimana diketahui, Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Radjasa menolak jika kebijakan menaikkan harga BBM dikatakan akan merugikan masyarakat. Dengan alasan jika membiarkan harga minyak tetap seperti itu dan harga minyak sudah 120 dolar per barrel, maka semua dana APBN akan tersedot untuk subsidi. (bilal/arrahmah.com)