DOMPU (Arrahmah.com) – Penembakan Nurdin Bin Abdullah di Dusun Kala Timur Desa O’o Kecamatan Dompu oleh Tim Densus 88 Sabtu (20/9/2014), mendapat kecaman keras dari Forum Ummat Islam (FUI) Kabupaten Dompu. Pasalnya penembakan yang dilakukan oleh Densus tersebut dinilai sungguh kejam.
Saat konferensi pers di Masjid Umar Bin Khatab di Dusun Kala Timur, Selasa (22/9/2014), Juru bicara FUI Ust. Taqiyuddin, S.Pd.I menilai bahwa penembakan terhadap Nurdin sangat brutal, kejam dan zhalim, karena posisi Nurdin ketika ditembak sedang menunaikan Shalat Ashar. Apa yang dilakukan oleh Densus menurutnya tidak dibenarkan oleh UU dan agama manapun.
“Berdasarkan info yang kami dapatkan dari pihak keluarga dan secara jujur mereka ceritakan, kejadian terjadi sekitar waktu Shalat Ashar. Saat itu di rumah mereka ada istri almarhum (Nurdin-red), orang tua dan anggota keluarga lainnya. Bahkan ketika itu selang beberapa waktu sebelum kejadian, istrinya melihat bahwa Nurdin sedang Shalat, pada saat itu datanglah sekelompok orang berseragam dengan lambang burung hantu, lalu memasuki rumah, dan kemudian mereka melepaskan tembakan sebanyak Tiga kali. Setelah itu Nurdin dimasukkan dalam kantung dan dibawa kabur. Tidak lama kemudian, dihebohkan dengan isu ada tas pinggang berisi mercon, tapi kata mereka bahwa bom. Dan benda yang diduga bom oleh mereka diledakkan, ternyata ledakan tidak lebih dahsyat dari ledakan mercon. Kami memahami dan mensinyalir bahwa semuanya penuh rekayasa karena mereka ahli rekayasa,” beber Ustadz Taqi, dilaporkan Mifta kepada redaksi Jumat.
Selain bom, tambah dia, juga ditemukan tiga lembar baju bergambar ISIS, padahal jangankan untuk membeli atau memiliki baju tersebut, untuk baju sehari-hari dan kebutuhan lain saja Nurdin tidak punya, karena kehidupan mereka dari keluarga yang tidak ada. Lebih jauh Ustad Taqi menjelaskan bahwa tiga tahun terakhir Nurdin tidak tergabung dalam Jama’ah atau jaringan manapun sebagaimana yang dituduhkan.
Sehingga, kata Ustadz Taqi, dari drama penembakan Nurdin, ada tiga kejanggalan yang kami temukan. Pertama, Nurdin ditembak dalam keadaan shalat, melihat keadaan darah yang bercucuran dan pengakuan jujur dari keluarga. Pertanyaan kami aturan mana yang membenarkan penembakan orang dalam keadaan shalat. Tidak ada agama manapun yg membenarkan. Ini adalah bentuk kedzaliman yang luar biasa, karena densus sudah menodai islam, menodai syariat islam. Mestinya tutur Ustadz Taqi, Umat Muslim harus marah karena membunuh orang dalam keadaan Shalat. Tokoh Islam dan ormas Islam harus marah. Kedua, sambung dia, dari enam orang yang ditangkap, kenapa hanya Nurdin yang dieksekusi mati? Dan dalam keadaan sedang shalat. Sementara lain yang ditangkap tidak dalam keadaan shalat.
“Oleh karena itu, kami mengajak tokoh dan ormas Islam harus bersuara lantang dan mengkaji kebiadaban ini. Dalam kasus ini, Densus ingin memberikan kesan dan provokasi bahwa kalian jangan coba-coba, apalagi saat ini kami FUI sedang gencar menolak pembangunan Pura terbesar di Asia Tenggara yang terletak di Kecamatan Pekat,” terang Ustadz.
Kemudian yang ketiga, mereka diduga menyimpan mercon atau bom sebagaimana yang diisukan. Hal tersebut untuk menutupi kebohongan mereka (polisi-red), karena mereka ahli rekayasa. Jika merunut dalam aturan mereka, kalau sebuah obyek sudah dilingkari police lain, maka tidak ada seorang pun yang bisa memasukinya, tapi mereka secara bebas memasuki areal tersebut.
“Pada kesempatan ini, kami meminta kepada beberapa pihak untuk mengadvokasi masalah ini, dan kepada mereka (kepolisian, red) untuk mengusut secara tuntas,” tegas Ustadz Taqi.
Dalam kasus ini, kami tidak punya kepentingan, justru kami pasang dada membela hak-hak Muslim yang terdzalimi, tegas Ust. Taqi. Walaupun tidak ada yang berani karena ketakutan akan jabatan dan posisi merek, tapi kami yang akan memulainya.
“Dengan Bismillah, tawakal kepada Allah kami tampil untuk memberikan pernyataan, sejauh yang kami ketahui. Kami sudah berbicara dengan keluarga dan mereka jujur apa adanya menceritakan apa sesungguhnya yang terjadi,” kata Ustadz Taqi dihadapan puluhan jama’ah Shalat Dzuhur.
Tidak diketahui motif terkait penembakan Nurdin, namun dia curiga bahwa dibalik kasus ini ada upaya pengalihan isu atas persoalan penolakan pembangunan Pura terbesar di Asia Tenggara yang terletak di Kecamatan Pekat. Namun, FUI tetap memberikan info kepada masyarakat akan upaya kami dalam masalah Pura, karena masalah itu menyangkut aqidah.
“Sekali lagi, mereka seakan memberikan pesan dan ancaman kepada kami bahwa jangan macam-macam. Dan mereka (polisi-red) membentuk opini bahwa FUI adalah teroris,” pungkasnya.(azm/arrahmah.com)