BANDUNG (Arrahmah.com) – Seorang anak yang masih duduk di bangku sekolah bertekad menunaikan qurban dari uang yang dihasilkannya sendiri.
Niat lama Fuad Khoirul Umam, 15 tahun, untuk berqurban akhirnya terwujud tahun ini. Siswa SMP Juara di Panyileukan, Bandung, itu membeli seekor domba seharga Rp 2 juta. Uang membeli domba berasal dari tabungan hasil keuntungan berjualan es yoghurt di sekolahnya selama 14 bulan.
Menurut pelajar kelas VIII Ibnul Qoyyim ini, niatnya berkurban muncul saat pamannya membeli domba pada Hari Raya Idul Adha sebelumnya. “Tadinya nabung untuk beli handphone, tapi jadi mau qurban,” kata bungsu dari dua bersaudara itu, Sabtu, 4 Oktober 2014, lapor Tempo.co.
Setiap Senin hingga Jumat, Fuad menjual es yoghurt di sekolahnya. Keuntungan per hari rata-rata Rp 10 ribu. Kadang uangnya dipakai jajan Rp 1.000-2.000 di sekolah. Seringnya, saat jam istirahat, ia membuka bekal nasi dari rumah. Agar menghemat ongkos, ayahnya mengantar ke sekolah dengan sepeda motor. Pulangnya, ia sering berjalan kaki 1,5 kilometer ke rumahnya di Kampung Jati, Pasir Biru, Cibiru.
Setiap bulan, keuntungannya berdagang yang bisa ditabung berkisar Rp 200 ribu. Uang kumpulannya pernah dipakai Rp 200 ribu untuk ganti kacamata. “Dulu sempat merasa lama banget nabung-nya,” katanya. Setelah terkumpul Rp 2 juta, ia pun bisa membeli seekor domba yang akan dipotong di sekolahnya besok, 6 Oktober 2014.
Menabung dan berjualan sudah dilakoni Fuad sejak kelas 2 sekolah dasar. Di sekolah ia berjualan gantungan kunci. Tabungannya kadang dipakai untuk membeli komik Jepang serta novel. Kebiasaannya berlanjut hingga berjualan es yoghurt sejak kelas VII di SMP swasta yang gratis tersebut. Es yang tak habis dibawanya pulang untuk disimpan di kulkas rumah.
Setelah tahun ini dapat berqurban, Fuad akan terus berjualan es yoghurt. Anak pasangan orang tua yang bekerja sebagai guru mengaji itu ingin menabung lagi untuk membeli sebuah smartphone. “Yang harganya sejuta, “katanya.
Yudi Kusnandar, Wakil Kepala SMP Juara Bandung Bidang Kurikulum mengatakan upaya Fuad untuk berqurban tergolong luar biasa. Di sekolah hasil pendirian Rumah Zakat yang hanya menampung siswa miskin itu, Fuad tergolong siswa yang ulet.
“Dia berjualan dan menabung supaya tidak diberi uang saku oleh orang tuanya,” kata Yudi.
Umumnya, penghasilan orang tua siswa yang diterima di sekolah gratis tersebut berkisar Rp 700-800 ribu per bulan.
Menanggapi kesolehan Fuad, Kabag Kesiswaan SMP Juara Bandung, Wahyudi berkomentar, “Melihat Fuad rasanya mendatangkan rasa kagum tersendiri. Dia tidak berfikir hanya untuk kesenangannya pribadi seperti membeli barang-barang kebutuhan pribadi yang sangatlah wajar untuk anak seusianya. Atau menghabiskan uang tabungannya untuk jalan-jalan. Namun, dia telah berfikir untuk akhirat, investasi yang tak pernah rugi selamanya,” terangnya, dikutip dari Rumahzakat.org.
“Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa orang yang berkurban, berarti ia telah menginjakan satu kakinya di surga. Semoga ada Fuad selanjutnya di antara ribuan siswa-siswa di Indonesia. Semoga kita merasa malu dengan banyaknya alasan yang dikemukakan ketika ingin berkurban. Kita belajar bahwa berkurban tak dibatasi umur, tak dibatasi berapa banyak harta yang kita miliki, namun bergantung seberapa tulus niat kita, dan seberapa tangguh kita memperjuangkannya menjadi sebuah kenyataan. Ditangan Allah lah terletak segala kemudahan,” seru Wahyudi. (azm/dbs/arrahmah.com)