SURIAH (Arrahmah.com) – Sebuah aliansi militer baru yang bertujuan untuk mengkonsolidasikan kontrol militer atas provinsi Idlib, bagian barat Aleppo dan beberapa bagian Latakia, akan dibentuk, menurut komandan Tentara Pembebasan Suriah (FSA).
Dua sumber dari FSA mengonfirmasi ke Al Jazeera bahwa ruang operasi militer baru, yang masih dalam pembahasan, akan didukung oleh turki, AS, dan negara-negara Teluk, yang telah mendukung ruang operasi Front Utara.
Komandan tersebut mengatakan bahwa pejuangnya akan melawan rezim Asad di Suriah utara. Dia membantah laporan media bahwa tujuan mereka akan menyerang Hayaat Tahrir Syam, aliansi kelompok Mujahidin yang didominasi oleh Jabhah Fath Syam.
Komandan FSA menegaskan, pendanaan dan dukungan logistik untuk faksi di Suriah utara yang dibekukan oleh CIA pada Februari telah dikembalikan sampai batas tertentu, lansir Al Jazeera pada Senin (3/4/2017).
Di antara kelompok yang bergabung dengan formasi baru adalah Faylaq Asy-Syam serta afiliasi FSA Tajamo Fastaqim, Jaisyul Mujahidin dan Jaish Idlib. Fadlallah Haji dari Faylaq Asy-Syam dipilih sebagai pemimpinnya.
Seorang pengamat Suriah, Muhammad Al-Abdullah mengatakan kepada Al Jazeera bahwa faksi-faksi pejuang Suriah tidak memiliki banyak pilihan untuk bergabung dengan ruang operasi baru dan yang tidak melakukan hal itu akan berarti konfrontasi dengan AS.
Langkah penyatuan faksi-faksi tersebut datang hanya beberapa hari setelah Menteri Luar Negeri AS, rex Tillerson mengunjungi Turki. Awal pekan lalu, Perdana Menteri Turki, Binali Yildrim mengumumkan akhir operasi Eufrat di Suriah, mengatakan bahwa mungkin ada operasi di masa depan dengan keterlibatan Turki di Suriah. (haninmazaya/arrahmah.com)