TEL AVIV (Arrahmah.id) – Negosiator utama ‘Israel’ dilaporkan mengundurkan diri karena frustrasi atas kurangnya kemajuan dalam pembicaraan gencatan senjata yang sedang berlangsung dan kesepakatan pertukaran antara ‘Israel’ dan gerakan perlawanan Palestina Hamas.
Negosiator senior ‘Israel’ Brigadir Jenderal Oren Setter mengundurkan diri pada Senin (28/10/2024) dari tim negosiasi, Otoritas Penyiaran ‘Israel’ (KAN) melaporkan.
Negosiator utama, yang menjabat sebagai wakil Mayor Jenderal Nitzan Alon, dilaporkan memainkan peran penting dalam kerangka negosiasi saat ini.
Pengunduran diri Setter dilaporkan dikomunikasikan “dalam satu hari terakhir” kepada pemerintah ‘Israel’, kata laporan KAN.
Laporan tersebut juga mengutip analis yang menyatakan bahwa pengunduran diri Setter “menunjukkan kurangnya kemajuan berarti dalam negosiasi.”
The Jerusalem Post milik ‘Israel’ mengatakan bahwa tentara pendudukan ‘Israel’ mengeluarkan pernyataan mengenai pengunduran diri Setter.
“Brigadir Jenderal Oren Setter kembali dari masa pensiunnya untuk bertugas bersama tim negosiasi pada 7 Oktober, memajukan upaya untuk mengamankan pemulangan para sandera. Perwira tersebut akan tetap siap sedia untuk mendukung Komando Penyanderaan sesuai kebutuhan,” demikian bunyi pernyataan tersebut sebagaimana dikutip oleh surat kabar ‘Israel’.
Kesepakatan yang Diusulkan Kairo
Pengunduran diri Setter terjadi satu hari setelah kembalinya tim negosiasi ‘Israel’ dari Qatar untuk membahas gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran yang diusulkan Mesir.
Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi baru-baru ini mengajukan usulan kesepakatan baru yang mencakup gencatan senjata dua hari di Gaza dan pembebasan empat tawanan ‘Israel’ yang ditahan oleh perlawanan Palestina.
Rencana baru Mesir tersebut dibahas sepanjang inisiatif multi-fase Qatar-Amerika, yang bertujuan membebaskan semua tawanan dan mencapai kesepakatan gencatan senjata permanen di Gaza.
Kantor Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu mengonfirmasi bahwa kepala Mossad David Barnea telah kembali dari kunjungan 24 jam ke Qatar untuk tujuan itu, jaringan media Lebanon Al-Mayadeen melaporkan.
Kantor Netanyahu mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Barnea dan Direktur CIA Bill Burns serta Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, meninjau di Doha apa yang disebut sebagai “proposal terpadu” yang menggabungkan pendekatan sebelumnya sambil mempertimbangkan “isu-isu utama dan perkembangan terkini di kawasan tersebut,” kata Al-Mayadeen.
Menurut The Times of Israel, “perkembangan terkini” yang disebutkan dalam pernyataan tersebut kemungkinan merujuk pada pembunuhan pemimpin Hamas Yahya Sinwar di Gaza awal bulan ini.
“Dalam beberapa hari mendatang, diskusi antara para mediator dan dengan Hamas akan terus dilakukan untuk mengkaji kelayakan perundingan dan terus berupaya untuk mendorong tercapainya kesepakatan,” bunyi pernyataan tersebut.
Negosiasi sebelumnya terhenti karena tekad Netanyahu untuk tetap berada di Koridor Philadelphia.
Hamas Tegaskan Tuntutannya
Pejabat senior Hamas Mahmoud Mardawi menegaskan kembali dalam sebuah pernyataan kepada Al-Mayadeen mengenai sikap gerakan perlawanan terhadap negosiasi yang sedang berlangsung dan tuntutan yang tak tergoyahkan mengenai gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran.
Ia menekankan bahwa Hamas akan menyetujui kesepakatan gencatan senjata hanya jika ‘Israel’ menarik diri dari Gaza, dan “bantuan kemanusiaan harus diakui sebelum membahas masalah tawanan.”
“Kami menuntut kesepakatan yang komprehensif dan jelas, dan kami tidak akan menerima fragmentasi dokumen dasar,” kata pejabat Hamas mengenai kesepakatan yang diusulkan Mesir.
Ia menambahkan bahwa gerakan perlawanan menanti hasil konkret dari diskusi di Doha.
Pejabat Hamas itu menyimpulkan dengan menegaskan bahwa “Jika musuh tidak mengumumkan persetujuannya terhadap proposal tersebut, kami tidak akan menyetujuinya terlebih dahulu,” menurut jaringan media Lebanon tersebut. (zarahamala/arrahmah.id)