MALI (Arrahmah.com) – Front Jihad baru di Nigeria telah menjadi perdebatan di kalangan para petinggi sekuler negara-negara Afrika bahkan hingga negara komunis seperti Rusia.
Mujahidin di Mali yang baru-baru ini telah mendirikan Negara Islam Azawad, yang dipimpin oleh gabungan Ansar Al-Din dan Gerakan Nasional Pembebasan Azawad (MNLA), dibantu Al-Qaeda di Maghrib Islam (AQIM), semakin menjadi sorotan bagi mereka yang kontra Syari’at Islam. Ketakutan merebak dalam diri-diri mereka yang menginginkan ‘persatuan’ di atas bendera sekuler yang mengusung hukum buatan manusia yang mengekor ke Barat.
Setelah para pejabat Arab sekuler menggelar konferensi untuk membahas kiprah Mujahidin yang ingin menerapkan Syari’at Islam secara total di Azawad, dengan tujuan untuk memecahkan ‘masalah’ di wilayah yang dikuasai Mujahidin demi sebuah misi Mempersatukan Mali dan Sekulerisme, negara-negara Afrika Barat lainnya turut menjadi resah atas kuatnya benteng Mujahidin di Mali.
Mengenai situasi Azawad, presiden Republik Niger, Mahamadou Issofou, mengatakan pada hari Kamis (7/6/2012) bahwa dia memiliki informasi tentang kedatangan kontrol-Mujahidin di utara Mali dari Mujahidin Taliban Afghanistan dan Pakistan, yang sedang melatih Muslim di sana, seperti dilansir UmmaNews.
“Kami telah memiliki informasi keberadaan orang-orang Afghan, Pakistan di utara Mali yang sedang beroperasi sebagai pelatih,” kata Issofou kepada France 2. “Mereka melatih mereka yang telah direkrut di Afrika Barat”.
Dia mendesak Dewan Keamanan PBB untuk menyetujui resolusi yang mengizinkan penggunaan pasukan untuk mengembalikan integritas wilayah Mali jika ‘negosiasi’ gagal.
“Sebuah resolusi harus dilalui, sehingga jika negosiasi gagal ada intervensi militer.”
Demikian pula dengan perwakilan Uni Afrika (AU), yang sedang memerangi Mujahidin Al-Shabaab di Somalia, mengajukan hal yang sama.
Mengatakan bahwa intervensi militer pada situasi saat ini di Mali menjadi semakin tak terelakkan, dan bahwa ECOWAS (Komunitas Ekonomi Negara-negara Afrika Barat) akan segera menyiapkan rancangan resolusi, yang akan diserahkan kepada Dewan Keamanan PBB untuk dipertimbangkan.
“Kami yakin bahwa, jika pasukan pejaga perdamaian dari ECOWAS dikerahkan di negara ini, sebuah asosiasi regional atau keputusan tepat lainnya harus diatur oleh Dewan Keamanan PBB – dalam ketegasan sesuai dengan Organisasi Piagam Dunia.”
Termasuk Rusia, pada hari Sabtu (9/6) mengeluarkan komentara tentang kemungkinan intervensi militer di Mali untuk memerangi Mujahidin, seperti dilansir Kavkaz Center. Dalam pernyataan itu Rusia mendukung pengajuan resolusi bagi Mali, menyatakan bahwa sanksinya dari Dewan PBB adalah perlu adanya invasi.
Wilayah yang kini dikuasai oleh Mujahidin mencapai lebih dari 50% negara Mali. Menurut catatan Wikipedia, Azawad mengambil 60% dari wilayah negara Afrika Barat itu. (siraaj/arrahmah.com)