JAKARTA (Arrahmah.com) – Sudah menjadi hal biasa, FPI selalu menjadi korban ketidak-adilan media. Media nasional selalu menantikan momentum dimana ada hal negatif yang bisa dikait-kaitkan dengan FPI. Jika terjadi sedikit saja peristiwa negatif yang melibatkan ormas Front Pembela Islam (FPI), media nasional cetak maupun online gegap gempita memberitakan bahkan mendramatisir kabar tersebut untuk menyudutkan FPI.
Namun lain halnya jika di berbagai tempat FPI melakukan kegiatan sosial atau kegiatan positif, tak satu pun media nasional memberitakan hal tersebut. Akibat dari pembentukan opini negatif oleh media, jelas saja jika banyak pihak yang tidak tahu duduk permasalahan, akan langsung menghujat FPI akibat terpengaruh “kemasan” kabar negatif dari media.
Berikut ini adalah penjelasan resmi dari pengurus pusat DPP Front Pembela Islam yang dimuat pada situs resminya. FPI melawan preman Kendal itulah intisaria yang terjasi di Kendal Kamis (18/7/2013).
Front Pembela Islam (FPI), khususnya dalam menyambut bulan suci Ramadhan, selalu melakukan pengawasan yang merupakan kegiatan rutin setiap tahunnya. Hal ini dilakukan untuk menghormati umat Islam yang sedang menjalankan ibadah puasa sekaligus menjaga kesucian bulan Ramadhan. Kegiatan monitoring ini biasanya berawal dari laporan masyarakat, kemudian ditindak lanjuti dengan koordinasi bersama aparat. Bila dalam kegiatan ini kerap terjadi bentrokan yang mengganggu ketenangan suasana Ramadhan, Hal itu dikarenakan tidak adanya ketegasan dari aparatur negara serta pihak terkait dalam pengawasan maupun kontrol sosial. Jika aparat sebagai pihak yang berwenang mengatur ketertiban tidak bisa mengendalikan situasi, maka jangan salahkan ormas-ormas Islam jika beraksi untuk menjaga kemuliaan bulan Ramadhan.
Terkait insiden di Kendal, hal ini tidak semata-mata terjadi begitu saja. Sebenarnya, FPI pada hari Rabu 17 Juli 2013 (8 Ramadhan), hanya berkonvoi untuk melakukan acara buka bersama di Masjid Besar Sukorejo, sekaligus memonitor tempat-tempat judi dan prostitusi yang berdasarkan laporan warga, masih ‘bandel’ buka di bulan Ramadhan. Ternyata benar, sarang pelacuran Sarim (nama pemilik tempat pelacuran) ALASKA (Alas Karet Sukorejo – Kendal) tetap beroperasi selama 24 jam sejak awal Ramadhan.
Informasi itu diketahui berkat laporan dari masyarakat. Atas permintaan warga Kendal, FPI Jateng terus mendesak Polres Kendal untuk menutup tempat pelacuran tersebut, setidaknya selama Ramadhan. Bahkan FPI sudah berulang kali mengingatkan aparat kepolisian. Namun dalam perjalanan, barisan anggota FPI dihadang ratusan preman yang menjadi becking tempat pelacuran. Mereka menyerang 20 laskar FPI dan merusak mobil mereka.
Polres Kendal maupun Polda Jateng mengetahui peristiwa ini namun terkesan membiarkan. Padahal arahan Kapolri kepada seluruh jajaran kepolisian agar ikut secara pro aktif menjaga kemuliaan bulan Ramadhan dari segala maksiat atau Pekat (penyakit masyarakat).
Pada Kamis 18 Juli 2013 /9 Ramadhan, FPI kembali mendatangi tempat maksiat pelacuran tersebut dan menuntut Polres Kendal untuk menutupnya. Akhirnya, Polres menutup juga, namun saat keluar dari lokasi, 26 anggota FPI tanpa senjata tajam dihadang ratusan preman dengan berbagai senjata tajam. Karena suasana mencekam, salah satu sopir mobil rental yang mengemudikan rombongan FPI panik dan menancap gas, sehingga menabrak 7 orang yang salah satunya meninggal dunia di RS.
Akhirnya 26 anggota FPI yang sebagian besar terluka diamankan dan diperiksa Polres. Lalu 1 ditahan karena menabrak dan 2 ditahan dengan alasan kedapatan membawa sajam, sedang yang 23 dipulangkan. Yang ditahan adalah Bayu dan Satrio Yuwono serta Agung Wicaksono.
Kepala Kepolisian Resor Kendal AKBP Asep Jenal menyatakan, Soni Haryanto, sopir Avanza tersangka penabrak warga hingga meninggal dalam kasus bentrokan FPI di Sukorejo, Kendal, Jawa Tengah, bukan anggota FPI. Soni, menurut Asep, hanya sopir mobil rental yang disuruh oleh pemilik mobil untuk mengantarkan rombongan FPI. Hal itu ditegaskan AKBP Asep Jenal, seperti dirilis kompas.com Jumat 19 Juli 2013.
Peristiwa kecelakaan itu dimanfaatkan para preman untuk memprovokasi warga agar ikut menyerang FPI dengan dalih ada warga dibunuh FPI, sehingga warga marah dan ikut menyerang serta merusak dan membakar mobil FPI. Padahal sebagian warga itu semula mendukung dan meminta bantuan FPI untuk menutup sarang pelacuran tersebut.
(azmuttaqin/situsresmifpi/arrahmah.com)