BANDUNG (Arrahmah.com) – Sekitar 30 anggota Front Pembela Islam (FPI) menggrebek dua lapak di berada di Pasar Gede Bage, pada Selasa (9/8/2011) malam. Mereka menemukan tuak serta botol-botol miras yang berada di dalam lapak tersebut.
Anggota FPI mendatangi sebuah lapak berukuran cukup besar karena di dalamnya terdapat meja biliard. Di dalam lapak seorang lelaki terlihat kaget dan langsung menyingkir begitu para anggota FPI masuk ke lapaknya. Melihat ada 4 jirigen tuak, para anggota FPI langsung membuang isinya.
Mereka juga mendatangi sebuah lapak lain yang tidak jauh dari lapak pertama. Di lapak ini mereka mendapati botol-botol miras yang disimpan di lantai atas lapak tersebut. Sejumlah botol sempat dihancurkan di dalam lapak dengan cara membuangnya ke lantai.
Salah seorang anggota menanyakan asal botol-botol berisi miras tersebut dan meminta si pemilik lapak untuk menghormati umat Islam yang sedang beribadah di bulan Ramadan. Pemilik lapak mengaku ia belum lama berjualan miras yang diperolehnya dari seorang pemasok di Riung Bandung.
“Saya dapat dari orang di Riung Bandung. Barangnya hanya kami terima disini, jadi tidak tahu persis dimana Riung Bandung nya,” katanya terbata-bata.
Setelah menggerebek lapak tuak dan miras di berada di Pasar Gede Bage, anggota FPI menuju ke kawasan Riung Bandung seperti pengakuan dari pemilik lapak yang mengatakan ia memperoleh miras dari seorang pemasok di Riung Bandung. Namun ia tidak mengetahui alamat pastinya.
Kendati begitu, sejumlah anggota FPI tetap berangkat ke Riung Bandung. Di sana, anggota FPI tersebut mendatangi sebuah rumah cukup bagus.
Di rumah ini mereka mendapati belasan jirigen berisi tuak. Tuak-tuak ini juga langsung dibuang di sebuah selokan kecil yang terdapat di depan rumah. Seorang lelaki yang menunggu rumah hanya pasrah melihat tuak-tuak dibuang ke selokan.
Lelaki asal Sumatera yang enggan disebut namanya tersebut mengaku bahwa ia hanyalah penunggu rumah. Ia mengaku tidak tahu persis pemilik tuak-tuak tersebut.
“Saya hanya penunggu rumah saja. Saya juga baru disini. Biasanya ini (tuak) diambil sama orang dan saya hanya terima saja, tidak tahu mau dibawa kemana,” katanya. (tbn/arrahmah.com)