JAKARTA (Arrahmah.com) – Ketua umum Front Pembela Islam (FPI), Ustadz Shobri Lubis dan Wakil Ketua Umum FPI, Ustadz Ja’far Shodiq, bersilaturrahim ke KH Ma’ruf Amin, Ketua Umum MUI, di Kantor MUI, Jalan Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, pada Rabu sore (11/4/2018), sekitar pukul 15.00.
Pengurus MUI yang hadir saat pertemuan tersebut antara lain Ketua MUI KH Ma’ruf Amin, Wakil Ketua MUI Zainut Tauhid, Ketua Bidang Infokom Masduki Baidlowi, serta Ketua Komisi Dakwah KH Cholil Nafis.
Sejumlah isu dibahas dalam pertemuan tersebut, termasuk isu yang menjadi sorotan belakangan ini, yaitu tentang permintaan maaf Sukmawati atas puisi ‘Ibu Indonesia’ menyinggung syariat Islam.
KH Ma’aruf menjelaskan bahwa lembaga yang dipimpinnya belum mengeluarkan pernyataan resmi. Namun, berkenaan dengan harapan Ketum MUI agar ummat menerima permintaan maaf yang disampaikan Sukmawati dengan datang ke MUI, itu adalah bentuk bimbingan bagi orang yang tidak mengerti syariat islam dan mengakui kesalahannya.
Ia juga berharap agar tak ada lagi tuntutan hukum. Namun, bukan berarti dia melarang pihak-pihak yang ingin memproses kasus itu ke jalur hukum.
“Saya memaafkan Sukmawati itu untuk membimbingnya, karena ia telah mengakui tak mengerti syariat dan meminta maaf kepada umat Islam. Saya hanya berharap tidak dituntut. Tapi tak berarti melarang apalagi menghalangi orang yang mau menuntut secara hukum,” kata KH Ma’ruf, sebagaimana dilansir mui.or.id.
Menanggapi jawaban tersebut, Shabri Lubis menilai sikap yang ditunjukkan Ma’ruf sangat bijak. Terlebih pendekatan dalam penyelesaian masalah yang digunakan menggunakan cara fikih dakwah.
“Kiai Ma’ruf sangat bijak ketika memaafkan Sukmawati dengan menggunakan pendekatan fikih dakwah, sembari beliau mengakomodir orang yang mau nahi mungkar dengan menuntutnya secara hukum,” ujar ustadz Shobri.
Dalam menjaga persatuan ummat, KH. Ma’ruf dan ustadz Shobri Lubis sepakat membangun saling kesepahaman, bahwa dalam berjuang dan membangun dakwah harus bagi tugas dan tidak boleh saling menafikan. Apapun yang sekiranya disalahpahami, sebaiknya dilakukan tabayyun dan musyawarah. Hal ini penting sebagai sikap ummat islam. Apalagi di zaman semarak medsos, harus hati-hati dan bijak dalam menanggapi isu yang berkembang
FPI, kata ustadz Shobri, siap mendukung kebijakan MUI, terutama dalam melakukan nahi mungkar dan menggalang persatuan umat Islam di Indonesia.
“FPI siap mendukung kebijakan MUI, terutama dalam melakukan nahi munkar dan menggalang persatuan umat Islam di Indonesia,” pungkasnya.
(ameera/arrahmah.com)