LONDON (Arrahmah.com) – Tujuh puluh sembilan orang dinyatakan meninggal dunia akibat kebakaran besar yang melanda Grenfell Tower yang berlokasi di London barat, Inggris.
Beberapa penghuni apartemen berlantai 24 tersebut mampu lolos dari kebakaran yang berlangsung pada 14 Juni silam, namun banyak penghuni lain yang terjebak di dalam, kata saksi mata.
Sejumlah korban luka mendapatkan perawatan di rumah sakit, sementara layanan darurat mulai mencari jenazah para korban di menara tersebut.
Layanan darurat dipanggil tepat sebelum pukul 01:00 waktu setempat, di mana api yang berasal dari lantai empat tersebut mulai menyebar dengan cepat.
Sebanyak 65 orang diselamatkan dari gedung oleh petugas pemadam kebakaran. Api kemudian tidak terkendali hingga pukul 01:14 waktu setempat.
Layanan darurat terus mencari jenazah, namun polisi menyatakan bahwa para korban kemungkinan tidak akan mampu dikenali.
Dibangun pada tahun 1970an, Grenfell Tower merupakan apartemen yang ditujukan untuk kalangan menengah ke bawah bagi orang-orang yang tidak memiliki rumah atau membutuhkan tempat tinggal.
Unit tersebut memiliki biaya sewa terjangkau bagi orang dengan pendapatan rendah. Banyak di antaranya merupakan imigran dari Sudan, Eritrea, dan Suriah. Sehingga mayoritas penghuni di Grenfell Tower adalah Muslim.
Grenfell tower yang dianggap sebagai perumahan sosial tersebut dibangun di salah satu wilayah terkaya di Inggris, dengan rata-rata penghasilan penduduknya £ 123.000 atau setara dengan 2 miliar rupiah, gaji tertinggi di Inggris. Sehingga terlihat sangat jelas kesenjangan yang terjadi.
Kebakaran hebat tersebut memicu kemarahan dan respon dari warga di balai kota di Royal Borough Kensington dan Chelsea karena baik kebakaran maupun korban jiwa seharusnya bisa dihindari.
Penghuni Grenfell Tower mengungkapkan bahwa pihak manajemen tidak pernah memberikan informasi rinci tentang apa yang harus mereka lakukan jika terjadi kebakaran.
Menurut para penghuni, Grenfell Tower penuh dengan bahaya kebakaran, tidak ada sistem penyiraman, hanya satu tangga yang dapat digunakan, dan satu pintu keluar yang terkadang ditutup.
Yang lebih mengejutkan lagi adalah fakta bahwa para penghuni apartemen sempat mengeluhkan minimnya keselamatan di gedung tersebut ke Organisasi Manajemen Penyewa Kensington dan Chelsea selama bertahun-tahun sebelum renovasi.
Sebagian besar kesalahan tragedi tersebut telah dijatuhkan pada organisasi manajemen dan pemerintah nasional. Jika penyidik mengkonfirmasi bahwa dinding bangunan menjadi penyebab api menyebar dengan sangat cepat dan bangunannya benar-benar terbakar, maka tanggung jawabnya lebih besar dapat jatuh pada pemerintah nasional karena gagal mengatur dan melarang penggunaan material tersebut, lansir vox.com. (fath/arrahmah.com)