SOLO (Arrahmah.com) – Tragedi Bom Bali yang diperingati setiap 12 Oktober juga disikapi oleh para matan terpidana kasus terorisme dan mujahid di Solo. Mereka menggelar pertemuan di masjid Al Wustho, Mangkunegaran. Para mujahid tetap sepakat terhadap aksi jihad yang mereka lakukan sebagai sebuah ibadah dan menolak adanya kriminalisasi.
Pertemuan para mujahid sebenarnya rutin dilakukan setiap Jumat kedua di masjid itu. Forum tersebut dinamakan Forum Mujahid. Namun pada Jumat (12/10) kemarin, pertemuan bersamaan dengan peringatan 10 tahun tragedi Bom Bali. “Setiap pertemuan kita selalu berdiskusi soal berjihad. Sampai saat ini, kita tetap sepakat bahwa Bom Bali adalah bentuk ibadah. Ibadah tak boleh dikriminalisasi,” kata Yuli Sa’ban mujahid yang pernah ikut berjihad di Poso seperti dilansir tribun.
Tepat pada saat peringatan 10 tahun Bom Bali itu, para mujahid juga menggelar acara diberbagai lokasi. Namun Yuli menolak acara itu sebagai bentuk peringatan tragedi yang menewaskan banyak turis asing tersebut. Ia menyebut kegiatan itu sebagai doa bersama terhadap para terpidana Bom Bali yang sudah dieksekusi mati. “Jadi kita mendoakan Amrozi, Imam Samudra, dan Muhklas yang mati syahid. Bukan memperingati Bom Bali,” ujarnya lagi.
Yuli melanjutkan, selama tak ada tekanan dari para thoghut, para mujahid juga tak akan melakukan tindakan. Namun jika para thoghut melakukan tindakan-tindakan yang mengancam, para mujahid tak akan tinggal diam. Bahkan ia tak memberi jaminan jika peristiwa seperti di Bali akan kembali terulang. “Kalau sampai ada tindakan dari para thoghut, huwallahualam. Mungkin akan terjadi sesuatu,” katanya.
Koordinator Forum Mujahid wilayah Jawa Tengah, Joko Tri Harmanto menambahkan, diskusi tentang jihad masih tetap menjadi topic utama para mujahid. Dalam diskusi itu, jihad menjadi lebih berkembang dalam bidang dakwah dan wirausaha. Namun ia tak menyalahkan berbagai bentuk jihad yang dilakukan oleh kelompok-kelompk lain. “Para ikhwan-ikhwan saya harap untuk bisa bersabar. Saat ini tantangan di lapangan lebih besar,” katanya pria pernah dihukum penjara lantaran dianggap menyembunyikan Noordin M Top ini.
Menurut Joko, saat ini forum diskusi para mujahid itu berangganggotakan sekitar 40 orang. Mereka adalah para mujahid yang pernah terlibat dalam bom Bali, bom JW Marriot, bom Atrium Poso, Ambon, hingga Moro. Dari segi ibadah, ia mengaku tidak menyesal atas tindakannya terlibat dalam aksi terorisme membantu Noordin M Toop. ” saya akan tetap terus berjihad, karena merupakan ibadah dan kewajiban,” ujarnya. (bilal/arrahmah.com)