JAKARTA (Arrahmah.com) – Pos Menteri Kesehatan yang resmi ditempati Endang Rahayu Sedyaningsih menuai kritik dari berbagai kalangan termasuk dari politisi. Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani menilai Endang yang memiliki track record buruk tidak selayaknya ditunjuk.
Muzani meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memaparkan alasan-alasan penunjukan para menterinya, terutama Endang. Hal ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan kecurigaan dan keresahan di masyarakat.
“Dalam mengangkat seseorang, Presiden harus membaca track record orang yang bersangkutan. Dia (Endang) pernah dipermasalahkan dan dianggap telah cacat integritas. Lalu, apa alasan SBY mengangkat dia jadi Menkes,” ujarnya saat dihubungi, Kamis (22/10) malam.
“Saya tidak tahu apa karena prestasi atau karena ada titipan. Saya pikir, sebaiknya presiden menjelaskan alasan penunjukan beliau (Endang),” imbuhnya
Kontroversi penunjukan Endang Rahayu Sedyaningsih menimbulkan polemik lantaran keterlibatannya sebagai salah seorang peneliti utama dari Depkes dalam riset kesehatan dengan The US Naval Medical Reseach Unit Two (Namru II ) atau Unit 2 Pelayanan Medis Angkatan Laut AS yang melakukan penelitian terhadap penyakit-penyakit menular di tanah air.
Endang sempat terlibat perselisihan dengan Menkes saat itu, Siti Fadilah Supari terkait proyek tersebut. Kemudian pangkatnya sempat diturunkan dari peneliti utama menjadi peneliti biasa.
Sementara itu, Nama Endang Rahayu Sedyaningsih sama sekali asing di telinga mantan calon Menteri Kesehatan Nila Djuwita F Moeloek. Nila dan sang suami bahkan sama sekali tidak mengenal sosok Endang. Apalagi sepak terjangnya di dunia kesehatan.
“Maaf Saya tidak kenal sama sekali,” ujar Nila saat ditemui di Gedung Dharmawanita Persatuan Pusat di Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan.
Saat diumumkan sebagai Menteri Kesehatan pada tadi malam, Nila pertama kali menanyakan soal sosok Endang kepada suaminya. “Bapak juga ternyata tidak kenal,” akunya.
Nila baru mengetahui sosok Endang dari pernyataan Siti Fadilah Supari di media kemarin malam. “Setelah itu Ibu Siti Fadilah mengatakan ada hubungan sama Namru, kita pun masih bertanya yang mana ini? Rupanya beliau eselon II. Dulu di Depkes tapi kami tidak kenal,” pungkas dia.
Endang berhasil menjabat sebagai Menteri Kesehatan setelah menyisihkan Nila. Kuat dugaan Nila gagal maju sebagai Menteri Kesehatan karena tak lolos tes kesehatan atau tes psikologis di RSPAD.
Sementara itu, Kebijakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memilih Endang Rahayu Sedyaningsih sebagai Menteri Kesehatan menuai protes dari Forum Indonesia Sehat.
Terpilihnya Endang disinyalir tak lepas dari intervensi para petinggi Amerika Serikat dan konglemerasi farmasi.
“SBY tidak mengindahkan keinginan masyarakat. Tapi lebih mendengar suara kelompok konglemerasi farmasi dan tekanan Amerika,” ujar Koordinator Nasional Forum Indonesia Sehat Wahyu Andre Margono.
Keputusan SBY memilih Endang memang sempat mengejutkan publik Indonesia. Sebelumnya posisi Menkes santer dikabarkan bakal diisi Nila Juwita Moeloek. Nila pun sudah mengikuti audisi dan tes kesehatan. Namun pada saat-saat akhir sebelum pengumuman, SBY malah berpaling ke Endang.
Kontroversi pemilihan Endang semakin mencuat, lantaran alumnus Harvard University itu berstatus sebagai PNS eselon II. Endang juga dikabarkan dekat dengan pemerintah AS. Dia sempat menjadi orang kepercayaan dalam program The US Naval Medical Research Center 2 (Namru) yang sempat menggegerkan publik Indonesia.
Sementara itu, Isu tak sedap muncul menjelang pelantikan Kabinet Indonesia Bersatu jilid II. Central Intelligence Agency (CIA), dinas rahasia pemerintah Amerika Serikat, dituding terlibat dalam penyusunan komposisi kabinet.
Namun hal itu dibantah oleh pemerintah. Juru bicara kepresidenan bidang luar negeri Dino Patti Djalal dengan tegas mengungkapkan isu tersebut tidak benar.
“Tidak ada sama sekali,” ungkap Dino di Istana Merdeka, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat.
Dino menegaskan, semua menteri telah melalui proses seleksi yang panjang dan kredibel. Selain itu, pemilihan menteri juga merupakan hak prerogratif Presiden.
Seperti diketahui, isu keterlibatan CIA dalam pembentukan kabinet mencuat setelah nama Endang Rahayu Sedyaningsih yang diangkat menjadi Menteri Kesehatan. Ending disebut-sebut merupakan perpanjangan tangan asing yang sengaja dimasukkan ke dalam jajaran pemerintah.
Hal itu dikaitkan dengan kasus yang kabarnya pernah mengganjal Endang. Endang membawa sampel virus H5N1 ke Hanoi untuk diteliti para ilmuwan di sana. Namun inisiatif Endang tidak atas persetujuan bosnya kala itu, Menkes Siti Fadilah Supari.(okz/arrahmah.com)