JAKARTA (Arrahmah.com) – Federasi Jurnalis Internasional (IFJ) menilai Aliansi Jurnalis Independen (AJI) berhasil menangani isu terorisme di Tanah Air. Cara AJI dan media di Indonesia mengelola isu terorisme secara proporsional yang dianggap ampuh meredam aksi terorisme. “AJI menjadi salah satu anggota misi internasional IFJ,” kata Ketua AJI Indonesia, Eko Maryadi, Ahad (27/1/2013) seperti dilansir tempo.co.
Rencananya IFJ akan menyelenggarakan misi demokrasi dan keselamatan jurnalis diselenggarakan kantor IFJ Asia-Pacific 8-15 Februari mendatang. Misi dengan isu demokrasi dan keselamatan jurnalis difokuskan pada konflik di Pakistan. Hal itu terkait tingginya angka kekerasan terhadap jurnalis di negara tersebut. Selama dua tahun, 14 wartawan Pakistan tewas tersebar di Islamabad, Karachi, dan Kandahar.
Menurut Eko, selama ini media Indonesia cukup proporsional melaporkan berita terorisme. Media menyediakan porsi yang cukup untuk korban terorisme. Isu terorisme dianggap sensitif sehingga media harus melaporkannya secara kritis, termasuk mencari akar masalah terorisme tidak hanya penangkapan pelaku oleh Kepolisian.
Terkait liputan di daerah konflik, AJI Indonesia akan menindaklanjuti dengan pelatihan keselamatan jurnalis atau training safety journalist. Kerja sama antara AJI Indonesia, Kedutaan Austria, Negara Eropa dan Komite Internasional Palang Merah atau International Committee of the Red Cross (ICRC). “Jurnalis dilatih menghadapi situasi kritis dan teknik pertolongan pertama,” ujarnya.
Pelatihan keselamatan jurnalis penting karena profesi jurnalis sering mengalami ancaman, intimidasi dan teror. Selain itu, materi etik jurnalistik mendapat bobot utama. Bekerja dengan etik, katanya, sudah separuh upaya untuk menyelamatkan nyawa dan pekerjaan.
Pelatihan ini juga menjadi bekal pada Pemilu 2014, yang diperkirakan berpotensi terjadi konflik. Sepanjang 2012, AJI Indonesia mencatat sebanyak 69 kasus kekerasan yang dialami jurnalis. Pelaku kekerasan terbesar meliputi militer, polisi dan aparatur sipil. “Sepanjang 2012 terjadi kekerasan secara struktural,” katanya. (bilal/arrahmah.com)