PADANG (Arrahmah.com) – Media memiliki peran penting dalam kebangkitan dan kejatuhan sebuah bangsa atau ummat. Hal itu digambarkan dalam kisah penguasa dzalim Fir’aun, demikian dikatakan Direktur Program Pengadaan Kader Ilmiah Jeddah, Saudi Arabia Syeikh Ahmad Bathahaf dalam Simposium Jurnalis Muslim yang diselenggarakan di Padang, Sumatera Barat, Selasa (18/7/2017).
Syeikh Ahmad menjelaskan, kekuasaan Fir’aun yang begitu kuat sejatinya tidak bisa bertahan kecuali dengan kekuatan media yang dia bangun untuk mempertahankan kekuasaannya.
Hanya saja, terangnya, corong media pada saat itu berupa simpul-simpul tokoh masyarakat dan tukang sihir.
Ia mengungkapkan, pada saat itu tokoh dan tukang sihir merupakan sarana untuk mengumpulkan khalayak dan menyampaikan kabar yang ingin disebarluaskan.
Fir’aun, terang Syeikh Ahmad, mempergunakan hartanya untuk mengerahkan tokoh dan tukang sihir tersebut.
“Karena saat itu tukang sihir memiliki kesamaan dengan media yang bisa mengubah keadaan atau pemikiran,” ujarnya.
Dikatakannya, bahwa tukang sihir menyampaikan ke publik bahwa agama Fir’aun inilah yang menunjukkan kepada kebenaran. Dan agama Musa dianggap sebagai agama yang akan menggantikan agama nenek moyang mereka.
Akan tetapi, pada akhirnya tukang-tukang sihir yang sebagian besar jujur, bisa melihat mana yang benar mana yang salah ketika menyaksikan kebenaran yang dibawa oleh Musa. Hingga kemudian mereka masuk Islam dan mengikuti kebenaran yang dibawa oleh Nabi Musa.
Dari kisah tersebut, ia menegaskan, pengaruh media massa sangatlah besar. Persamaannya, kata dia, saat ini bisa disaksikan bagaimana imperium media Barat bisa mengubah pandangan masyarakat dengan media yang mereka miliki. Bahkan mampu mengubah pejuang kebenaran menjadi orang yang salah.
Karena itu, Syeikh Ahmad menerangkan, eksistensi dakwah nabi Musa juga karena dukungan media massa. Namun bukan hanya Musa yang menggunakan fasilitas media massa, tapi semua nabi menggunakan media massa dalam menyebarkan kebenaran atau dakwah.
“Perjalanan para nabi dan usaha mereka menyebarkan dakwah dengan media massa adalah fakta yang tidak bisa dihindari. Akan tetapi media massa itu berubah-ubah dari masa ke masa,” tandasnya.
Simposium Jurnalis Muslim ini diselenggarakan oleh Yayasan al-Manarah al-Islamiyah bekerjasama dengan Jurnalis Islam Bersatu (JITU) dan Pemerintah Kota Padang sebagai tuan rumah. (*/arrahmah.com)