JAKARTA (Arrahmah.com) – Trailer film The Santri yang baru diluncurkan perdana pada Senin (9/9) di kanal YouTube NU Channel langsung menuai kontroversi. Film garapan Livi Zheng yang merupakan hasil kerja sama dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) diniai tidak sesuai dengan norma-norma santri.
Tak lama setelah peluncuran trailernya, tagar #BoikotFilmTheSantri langsung menjadi trending topic di Twitter.
Selain isinya yang dinilai tidak sesuai dengan norma-norma santri, kehadiran Wirda Mansur, putri Ustadz Yusuf Mansur, sebagai pemeran utama wanita dalam film tersebut turut menjadi sorotan.
Ustadz Yusuf Mansur kemudian memberikan tanggapan terkait keterlibatan putrinya dan gencarnya penolakan publik atas film The Santri.
“Film itu bukan film saya. Bukan film kita. Itu film kawan-kawan NU,” kata Ustadz Yusuf Mansur dalam keterangannya yang diterima Arrahmah, Selasa (17/9/2019).
Ustadz Yusuf Mansur juga mengonfirmasi bahwa benar putrinya yang menjadi pemeran utama dalam film tersebut.
Ia mengungkapkan, putrinya Wirda diminta oleh sejumlah aktivis NU untuk bicara tentang film tersebut yang bercerita tentang santri. Ia juga telah berdiskusi dengan putrinya tentang film itu untuk menambah pengalaman.
Ustadz Yusuf Mansur sendiri mengaku tidak mengikuti perkembangannya fim The Santri serta kontroversi sang sutradara, Livi Zheng.
Wirda juga bercerita kepada ayahnya tentang bagaimana kekompakan tim, serta silaturahmi yang diakukan Wirda dengan berbagai santri dari pelosok Nusantara dalam rangka pembuatan film tersebut.
“Saya senang aja. Sebagai Papahnya. Wirda punya banyak kawan. Apalagi kolaborasi dengan Gus Azmi dan Veve. Yang kelak jadi kayak kakak-adik dan keluarga kami saling silaturahim. Usia Wirda di atas Veve. Apalagi Azmi,” ujar Ustadz Yusuf Mansur
“Wirda sempet cerita tentang ada scene tentang gereja. Dan nanya, gimana? Ya masa mau mundur. Saya gak banyak tanya. Secara baik sangka. Bahwa ada kyai-kyai di balik film itu. Dan syutingnya kan juga di berbagai pesantren di Jatim, pastinya ada barisan ustadz-ustadz yang menjaga norma-norma,” imbuhnya
Terkait adanya scene film di gereja, Ustadz Yusuf Mansur menjelaskan bahwa dirinya biasa melihat di luar negeri gereja dipakai untuk shalat Jumat dan pengajian.
Ia juga mengungkapkan, pernah lebih dari tiga kali ceramah di komunitas muslim Indonesia di luar negeri yang meminjam gereja sebagai tempat kegiatan. Menurutnya, hal itu baik-baik saja, hingga kemudian komunitas muslim di sana bisa memiliki mushalla dan masjid sendiri.
“Dan ya gak apa-apa. Soal nama dan rizki, semua milik Allah. Baik sangka ke NU teramat penting, juga semua yang berkarya. Terhadap semua yang memberi saran, kritik, juga tidak salah. Pastinya karena peduli, karena sayang, karena perhatian. Film ini juga belum dimulai syutingnya. Baru pembuatan trailernya saja,” pungkasnya.
(ameera/arrahmah.com)