MANILA (Arrahmah.com) – Topan Hagupit yang mulai melemah bergejolak di dekat ibukota Filipina, pada Senin (8/12/2014), setelah menewaskan 27 orang di pulau timur pulau Samar, meratakan rumah, menumbangkan pohon-pohon dan memutus aliran listrik dan komunikasi, sebagaimana dilansir oleh Reuters.
Topan Hagupit membuat pemerintah Manila siaga penuh. Kantor-kantor pemerintah, sekolah dan pasar modal ditutup, warga di dataran rendah dan dekat aliran air diungsikan.
Tentara dan pekerja medis serta relawan bersiap untuk melakukan pertolongan jika topan suatu saat menghantam kota berpenduduk 12 juta orang itu.
“Jumlah orang yang tewas sebanyak 27 orang, sebagian besar dari mereka di Borongan, Samar Timur. Sebagian besar dari mereka tewas karena tenggelam dalam banjir.,” kata Richard Gordon, ketua Palang Merah Filipina.
Ia mengatakan bahwa sekitar 2.500 rumah hancur di Borongan, sebuah kota yang berpenduduk 64.000 orang.
Meskipun korban tewas meningkat, tetapi topan Hagupit tidak menimbulkan kehancuran seperti topan Haiyan yang pada tahun lalu telah menewaskan ribuan orang di wilayah yang sama di Filipina tengah.
Hagupit yang terbentuk di Pasifik pada Sabtu malam lalu masuk dalam topan kategori Tiga, yang berputar melalui pulau Samar menuju pulau Masbate. Dampaknya terasa di Filipina tengah, termasuk pulau Leyte dan Luzon selatan.
“Dapur kami rusak. Di sekitar kami, rumah-rumah tetangga kami rata seperti kertas dilipat,” kata Arnalyn Bula, seorang karyawan bank, (27), mengatakan dari kota Dolores di Samar Timur, di mana Hagupit pertama kali mendarat.
Angin kencang tersebut menghantam dinding rumah bibinya saat keluarganya mencari perlindungan, katanya.
Belajar dari topan Haiyan, yang menyebabkan lebih dari 7.000 orang tewas atau hilang, pihak berwenang telah melancarkan operasi evakuasi besar-besaran menjelang badai, mengosongkan seluruh kota-kota dan desa-desa di daerah rawan pesisir dan longsor.
“Kami melihat bahwa dengan persiapan dan kewaspadaan kami bisa mencegah terjadinya bahaya, kami berusaha untuk menyelamatkan penduduk negara ini dari bahaya,” kata Menteri Dalam Negeri Manuel Roxas.
“Kami sangat sedih mendengar berita kematian ini, tapi ini sangat rendah, jauh di bawah apa bisa ditimbulkan dari topan itu.”
Orla Fagan, juru bicara dan petugas advokasi untuk Asia-Pasifik di Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) memuji upaya dari pemerintah Filipina untuk mengingatkan masyarakat terpencil terhadap bahaya yang bisa ditimbulkan oleh Topan Hagupit.
“Mereka sudah siap sekarang,” kata Fagan. “Mereka telah belajar banyak dari Haiyan.”
(ameera/arrahmah.com)