BAGHDAD (Arrahmah.com) – Filipina mulai mengevakuasi warganya yang berada di Timur Tengah mulai hari ini (9/1/2020), seiring meningkatnya ketegangan antara Iran dan AS. Sementara Pemerintah Malaysia sedang membuat persiapan untuk mengevakuasi 220 warga Malaysia yang tinggal di Iran dan Irak setelah konflik di kawasan tersebut.
Sekretaris Lingkungan sekaligus utusan khusus Filipina untuk Timur Tengah Roy Cimatu mengatakan evakuasi dilakukan lewat Yordania dan Dubai yang kondisinya lebih stabil.
“Jika bandara di Baghdad masih dibuka, kami akan menggunakannya. Pilihan lainnya adalah lewat darat menuju Yordania. Kami akan mengangkut buruh migran ke Dubai, Qatar,” ujar Cimatu.
Cimatu mencatat ada sekitar 4.400 orang Filipina di Irak, 1.592 di antaranya telah mendaftar untuk repatriasi.
Evakuasi orang Filipina yang tak berdokumen juga tetap akan dilakukan, lanjut Cimatu.
“Kami akan memberikan dokumen hukum untuk mereka,” ujar Cimatu.
Jika bandara di Baghdad ditutup, tim akan memulangkan mereka lewat jalur darat. Tim perlu mengidentifikasi rute yang bisa dilewati sipil dengan aman, kata Cimatu.
Filipina juga akan mendirikan pusat logistik di Dubai, untuk mempermudah pemulangan warganya.
Selain itu, ada pangkalan AS di Qatar, Kuwait, dan Bahrain, yang kemungkinan akan menjadi sasaran Iran.
Filipina juga berencana untuk memulangkan buruh migran yang berada di Iran.
“Mereka belum berada di garis api, tapi kita siap untuk membawa mereka keluar. Rencananya mereka akan kami bawa lewat Turki, lalu ke Manila,” ujar Cimatu.
Kedutaan Besar Filipina di Baghdad telah memberikan Peringatan level 4 atau siaga krisis tertinggi pada Rabu, setelah Iran menembakkan rudal ke pangkalan militer AS.
Ini merupakan serangan balasan setelah pekan lalu AS membunuh jenderal top Iran Qasem Soleimani lewat pesawat nirawak.
Sementara itu Menteri Luar Negeri Malaysia Saifuddin Abdullah keputusan itu diambil setelah pertemuan khusus antara kementerian dan berbagai lembaga, termasuk Dewan Keamanan Nasional, Kementerian Pertahanan, Kementerian Dalam Negeri dan Departemen Perdana Menteri
“Kami sedang membuat persiapan jika ada kebutuhan untuk evakuasi. Saat ini, ada 58 orang Malaysia di Iran, setengahnya adalah mahasiswa,” ujar Saifuddin.
“Di Irak, kami memiliki 162 warga yang mayoritas merupakan staf Petronas dan beberapa dosen,” kata Saifuddin.
Saifuddin juga mengatakan kementerian telah menginstruksikan kedutaan besar di dekat zona konflik agar siaga untuk melakukan evakuasi.
“Kepada mereka yang tinggal di negara-negara tersebut, silakan tetap berhubungan dengan kedutaan,” kata dia seraya meminta warga Malaysia menunda perjalanan yang tidak penting ke wilayah tersebut.
(fath/arrahmah.com)