JAKARTA (Arrahmah.id) – Dirjen Imigrasi Kemenkumham Silmy Karim mengatakan tren pindah status warga negara menjadi alarm yang harus diantisipasi pemerintah. Tsunami migrasi WNI menjadi WNA, dikhawatirkan membuat Indonesia krisis SDM unggul dalam menjawab persaingan global.
“Kalau saya melihatnya ini adalah alarm. Untuk itu kita lakukan upaya-upaya dalam hal bagaimana supaya SDM unggul di Indonesia itu bisa tetap berada di Indonesia,” kata Silmy dalam keterangan persnya, Sabtu (15/7/2023).
Silmy mengungkapkan, setiap tahunnya ribuan mahasiswa/i pindah kewarganegaraan ke Singapura. Ribuan WNI menjadi WN Singapura rata-rata rentang usia produktif 25-35 tahun.
Pada 2022, tercatat sebanyak 1.091 WNI hijrah ke Singapura. Hingga April 2023, sudah ada 329 WNI yang pindah sebagai warga negara Singapura.
“Jumlah ini lebih banyak dari periode yang sama tahun lalu. Yakni, mencapai 286 orang,” ujar Silmy.
Kemudian, Silmy mempertanyakan, mengapa WNI berbondong-bondong pindah kewarganegaraan menjadi WN Singapura. Menurutnya, pemerintah Indonesia harus segera mengeluarkan kebijakan atau strategi khusus untuk meredam persoalan tersebut.
“Kok lebih tertarik menjadi WNA dibandingkan menjadi WNI, betul itu alasan private, untuk mungkin hidup yang lebih baik. Kemudian, di luar jangkauan kita untuk halangi ataupun juga kita lakukan satu upaya khusus untuk membuat tidak terjadi,” ucap Silmy.
Sejauh ini, Silmy menegaskan, Indonesia membutuhkan banyak SDM unggul dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045. SDM unggul itu, untuk menjawab tantangan global dan bersaing dengan negara di dunia.
“Kita butuh SDM unggul itu, misalnya dalam kontek teknologi, lalu finansial, lalu konteks digitalisasi, dan teknologi. Perlu mengantisipasi dinamika ke depan, jangan sampai malah kita yang kesulitan mendapatkan para ahli di beberapa bidang,” pungkasnya.
(ameera/arrahmah.id)