WASHINGTON (Arrahmah.com) – Feminis-lesbian dan dosen di New York University asal Kanada Irshad Manji mengumumkan pernikahannya dengan seorang perempuan yang sudah hidup bersama dia selama belasan tahun. Penulis yang pernah diusir saat menjadi pembicara dalam sebuah forum di Jakarta ini menikahi kekasihnya yang bernama Laura.
Di laman Facebook-nya, Manji mengunggah foto pernikahannya. Keduanya memakai gaun yang cantik lengkap dengan kalung bunga.
Foto yang dia unggah Irshad disebar oleh sejumlah kalangan lesbian Indonesia. Irshad menikahi Laura secara resmi di Honolulu, Hawaii, Amerika Serikat.
“Just married! Photo album coming. But for now… Thank you for all your congrats, mabrouks and good wishes. Laura and I have read every post. We’re deeply grateful,” tulis Irshad di akun Facebooknya, Senin (09/05), sebagaimana dilansir rimanews.
Terkait pernikahan ini, pro-LGBT tentu saja mendukung, tapi tidak sedikit yang keberatan dengan perbuatan Irshad Manji yang dinilai melecehkan Islam.
“Dalam Islam, homoseksualitas adalah haram!! Pergi dan tolong ubah agamamu. Jangan mempermalukan Islam! Semoga allah memberikan petunjuk ke jalan yang benar amin,” komentar pemilik akun Rabz Malk, lansir rimanews, Selasa (10/5).
Manji merupaka tokoh liberal yang berdiri paling depan dalam membela Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender. Dia adalah feminis lesbian asal Kanada yang selalu membuat isu-isu kontroversi dengan ide-ide liberalnya.
Tumbuh menjadi orang yang kritis, Manji mempelajari Islam dengan caranya sendiri. Dia tidak mau agama “mendoktrinasi” dirinya. Menurutnya, Islam memerdekakan setiap orang untuk bebas berpikir dan bukan “indoktrinasi” seperti yang dipelajarinya di madrasah dulu. Dia menafikan bahwa Islam harus dipelajari dari ahlinya. Dia menjadi sangat liberal dan mengkritik habis nilai-nilai Islam yang dipandangnya “ketinggalan zaman”.
Dia menulis buku yang berjudul Trouble with Islam Today. A Wake-Up Call for Honesty and Changes, yang di Indonesia diterjamahkan “Beriman Tanpa Rasa takut: Tantangan Umat Islam Saat Ini.” Buku tersebut sempat menjadi fokus pemberitaan di Indonesia. Peluncuran bukunya di Salihara Pasar Minggu tahun 2012 dibubarkan paksa karena dianggap membawa pemahaman berbahaya yang khas dengan liberalisme.
Dalam bukunya tersebut nampak sekali bahwa itu hanyalah curhat emosional dia karena hasil lamunan dia ketika mendapati masalah dalam keagamaan. Ketika dia menjalankan Islam, dia berpikir liar dan bebas. Dia tidak mau menerima aturan dalam Islam bahwa memahami Islam harus mengacu pada ahlinya. Fatwa-fatwa ulama yang ahli masalah agama justru dianggap otoriter atas nama hukum Allah Swt. Banyak statement yang dilontarkan feminis-lesbian yang mengaku muslimah ini juga mengarah pada pembangkangan terhadap kaidah-kaidah tafsir atau pemaknaan Al-Quran.
(ameera/arrahmah.com)