PARIS (Arrahmah.com) – Kelompok feminis yang berbasis di Ukraina, Femen yang terkenal karena protes bertelanjang dada mereka, menyerbu konferensi di Paris yang dihadiri oleh Presiden Tunisia, Moncef Marzouki. Mereka mengklaim diri sebagai kelompok “pelindung” hak-hak asasi perempuan Muslim, lapor Rusia Today (13/4/2013).
Para aktivis yang bertelanjang dada dan mencoret-coret tubuh mereka dengan kalimat-kalimat hinaan terhadap Islam, datang ke konferensi tersebut untuk mendukung feminis Tunisia, Amina Tyler yang diancam hukuman mati di negaranya karena memosting gambar dirinya yang bertelanjang dada secara online.
Amina tyler (19) menulis : “tubuhku adalah milikku, bukan kehormatan seseorang” di dadanya dalam bahasa Arab untuk menunjukkan solidaritas dengan Femen dan mempublikasikan fotonya. Gambar tersebut memicu kemarahan Muslim Tunisia yang mengatakan gadis tersebut pantas mendapat hukuman mati dengan dirajam.
Kelompok peretas berhasil merusak halaman facebook Femen Tunisia dan Tyler kini mengatakan ia ingin meninggalkan Tunisia.
Femen menggelar aksi protes dengan bertelanjang dada di depan Kedutaan Tunisia dan Masjid di seluruh dunia untuk menuntut pembebasan Amina. Mereka mengklaim tindakannya merupakan awal perang global antara seorang wanita dengan “teokrasi Islam”.
Menurut French Press, Marzouki yang pidatonya diganggu dengan aksi feminis Femen mengatakan ia terkejut dengan prites itu. Gadis-gadis liar ini ditahan oleh penjaga dan diusir keluar.
Femen yang meluncurkan kampanye mereka “Topless Jihad” pada minggu lalu dan gerakan mereka tersebut telah memicu perdebatan sengit di dalam dan sekitar masyarakat Muslim di Eropa yang terganggu dengan kampanye mereka. Femen mengklaim mereka berjuang untuk hak-hak Muslimah untuk membuat pilihan bebas dan tidak menjadi budak aturan Islam yang memberlakukan pembatasan mengenai penampilan dan perilaku.
“Kami bebas, kami telanjang, itu hak kami, itu tubuh kami dan tidak ada seorang pun yang bisa menggunakan agama atau hal-hal suci lainnya untuk menyerang perempuan, menindas mereka,” ujar anggota femen, Aleksandra Shevchenko selama aksinya di depan sebuah Masjid di Berlin.
Namun, tampaknya Muslimah tidak bersedia terburu-buru untuk terpengaruh dan mengikuti kebebasan yang diserukan Femen. Ribuan Muslimah bergabung dengan grup facebook “Muslim Women Against FEMEN” dan menyatakan bahwa mereka bangga menjadi Muslimah dengan membuat “Muslimah Pride Day”. Mereka meng-upload foto-foto mereka dengan poster bertuliskan “Kebebasan Memilih” dan “Saya mendukung hak-hak perempuan dengan pakaian yang saya kenakan”.
Berbagai video Youtube oleh Muslimah telah diposting untuk mengejek aksi Femen. (haninmazaya/arrahmah.com)