STOCKHOLM (Arrahmah.com) – Baru pada Rabu (26/6/2013) yang lalu, tiga wanita Eropa yang tergabung dalam kelompok feminis Femen, meminta maaf di pengadilan banding Tunisia karena melakukan aksi unjuk rasa dengan bertelanjang dada dan berjanji tidak akan mengulangi aksi seperti itu lagi, namun pada Sabtu (29/6) kemarin, anggota mereka sudah kembali berulah.
Tiga aktivis feminis dari kelompok radikal Femen dilaporkan kembali melakukan aksi unjuk rasa dengan bertelanjang dada di dalam sebuah masjid Stockholm, Swedia, sebelum akhirnya mereka digelandang oleh polisi setempat.
Ketiga wanita brutal itu memasuki masjid dan merobek jubah hitam mereka untuk menunjukkan dada mereka yang ditulisi slogan-slogan radikal seperti “Tolak syariah di Mesir dan di dunia” dan “Tubuhku adalah milikku, bukan urusan orang lain,” lansir Al Arabiya.
Para wanita tak bermoral itu berteriak-teriak “Bebaskan Wanita”, “Tolak Syariah” dan “Tolak Penindasan”.
Masjid tersebut hampir dalam keadaan kosong pada saat itu, hanya ada beberapa petugas masjid dan beberapa anggota pers yang mengaku telah diberitahu mengenai rencana unjuk rasa Femen tersebut sebelumnya.
Petugas masjid langsung menelepon polisi yang kemudian segera meringkus ketiga wanita tersebut dari tempat kejadian. Ketiganya tidak menjelaskan mengapa mereka ingin melakukan aksi unjuk rasa di dalam sebuah masjid yang kosong.
Menurut komandan polisi, Jonas Svalin, petugas masjid juga menyatakan bahwa ketiga anggota feminis Femen tersebut bahkan sempat mendorong para petugas masjid.
Para wanita itu dilaporkan berasal dari Mesir, Tunisia dan Swedia, namun polisi belum bisa memastikan identitas atau kewarganegaraan mereka.
Femen yang didirikan pada tahun 2008 di Ukraina itu adalah kelompok feminis radikal yang dikenal kerap melakukan aksi demonstrasi dengan bertelanjang dada yang mereka klaim dalam rangka memperjuangkan kebebasan perempuan dan menolak Syariah Islam. (banan/arrahmah.com)