JAKARTA (Arrahmah.com) – Istilah galau akan diri, masa depan, dan jodoh kiranya sudah menjadi konsumsi sehari-hari masyarakat Indonesia. Pun rasa resah gelisah tentang akan dibawa kemana negeri ini turut tergambar dari pemberitaan media massa. Terkait fenomena tersebut, Ustadz Felix Siauw memberikan sedikit nasihat melalui kultwitnya yang dipublikasikan melalui akun resminya pada Facebook , Senin (20/10/2014).
Menurut Ustadz Felix, dalam rukun keimanan Islam terdapat bahasan tentang Qadha dan Qadar, yakni meyakini apapun yang diberikan dan ditentukan Allah itu pasti baik adanya.
Bentuk wajah, warna kulit, postur badan, kesemuanya adalah takdir Allah. Semua ha tersebut ditentukan Allah bagi kita dan harus diyakini bahwa itulah yang terbaik.
Di lain sisi, selain menjelaskan takdir yang “dari sananya begitu”, Allah pun memberikan hal-hal yang bisa dipilih kepada manusia. Misalnya, beriman atau kafir, amanah atau khianat, semua itu pilihan bebas yang Allah karuniakan kepada manusia.
Namun, usah khawatir, sebuah kabar baik menurut Ustadz Felix bahwa, “Allah tidak sekalipun akan menghisab hal-hal takdir. Allah tidak akan minta pertanggungjawaban hal yang Dia tentukan.” Ia memisalkan, di Hari Penghisaban, Allah tidak akan bertanya kepada laki-laki “kenapa kamu lelaki?” karena hal itu takdir yang Dia tentukan bagi semua mahluk-Nya yang berkelamin.
“Jadi dalam Islam, kita tidak perlu memusingkan takdir atau ketentuan Allah, cukup beriman pada takdir, bahwa semua dari Allah, selesai,” nasihat Ustadz Felix Siauw ringan.
Menurutnya,a hal yang Allah takdirkan, yang tak mampu kita pilih tidak kan dihisab. Sebaliknya, dalam hal yang mampu kita pilih, maka itu pasti akan dihisab.
Pada zaman ini, semua menjadi terbalik. Sesuatu yang merupakan takdir malah diubah-ubah, lantas yang tergolong perkara pilihan malah tidak diperhatikan dan tidak dipusingkan.
Seseorang yang berkulit hitam, hidungnya pesek, tidak menerima keadaan, lalu operasi plastik. Inilah yang akan dihisab, karena tidak mengimani takdir dari Allah. Padahal warna kuit dan bentuk badan semua pemberian Allah, dan Allah tidak akan menanyai itu di saat perjumpaan kita dengan Allah.
Yang mengherankan, saat ini manusia lebih sibuk memusingkan dan mengubah yang sudah Allah tentukan padanya. Namun meninggalkan shalat nampanya biasa saja. Pun tidak mengusahakan belajar agama, dianggap wajar saja.
Maka sekaranglah yang disebut zaman salah kaprah parah. Perkara yang tak dihisab diurusi, namun perkara yang dihisab malah diabaikan.
Pun yang termasuk takdir itu misalnya, dilahirkan di suku apa, dilahirkan dimana, dari orangtua mana. Itu semua bagian ketentuan Allah yang bukan pilihan.
Ustadz Felix mencontoh dirinya sebagai pria yang lahir di Palembang-Indonesia, dari rahim ibu yang beretnis Cina. “Itu semua bukan pilihan, itu bagian takdir,” ujarnya.
“Tetapi menjadi seorang Muslim? Itu jelas pilihan bagi saya, saya memilih jalan Islam. Itu jelas pilihan, dan itu jelas akan dihisab,” tegasnya.
Maka menjadi orang Indonesia itu tidak perlu dipusingkan. Namun, menjadi seorang Muslim itu jelas harus diperhatikan dan dibanggakan. “Dilahirkan di tanah Indonesia tidak akan Allah hisab, tetapi tentang menjadi Muslim, Allah akan hisab itu,” tekannya.
Dengan demikian bagi Ustadz Felix sangat jelas, menjadi Muslim itu jauh lebih penting, dari sekadar menjadi orang Indonesia.
Apa sebab? Karena menjadi Muslim itu pilihan, sedangkan terlahir di Indonesia itu sebuah ketentuan.
Ustadz Felix sumringah, “Alhamdulillah, saya bersyukur pada Allah, lahir dan besar di Indonesia. Indonesia jadi wasilah (perantara) saya mengenal dan mempelajari Islam.”
Karenanya , Ustadz yang juga penulis keprigel tersebut mengaku bahwa ia harus menjaga Indonesia ini menjadi wasilah bagi semua orang yang belum Muslim agar merasakan nikmat yang ia rasakan dari indahnya Islam.
Oleh karena itu, dimanapun manusia lahir, apapun suku dan agamanya, kewajibannya adalah mengenal dan menyembah Allah Tuhan semesta.
Maka pesannya, “jangan memusingkan bangsamu karena dia tak akan ditanya. Perhatikan agamamu, amal ibadahmu, dan dakwahmu dalam Islam.”
“Menjadi Muslim itu nomor satu, yang lain bisa diatur-atur, dan hukum Allah itu paling tinggi, yang lain bisa dibawahnya,” Ustadz Felix menggarisbawahi.
“Karena tanpa Indonesia, Islam tetap ada. Tapi tanpa Islam, Indonesia tidak ada,” pungkasnya sigap. Baarrakallah. (adibahasan/arrahmah.com)