MOSKOW (Arrahmah.com) – Ibragim Todashev adalah seorang etnis Chechnya kenalan “tersangka” kasus Bom Boston, Tamerlan Tsarnaev, di AS.
Pada Kamis (30/5/2013), ayah Ibragim mengkonfirmasi bahwa anaknya telah dibunuh dengan gaya-eksekusi oleh agen FBI pekan lalu di Orlando, lansir KC.
Ibragim Todashev (27), seorang olahragawan beladiri campuran, meninggal di rumahnya di Florida pada 22 Mei setelah agen FBI dan dua polisi negara bagian Massachusetts menginterogasinya tentang hubungannya dengan Tamerlan Tsarnaev. Tamerlan sebelumnya juga telah meninggal dibunuh FBI.
Ayah Todashev, Abdul-Baki Todashev, mengatakan kepada media Moskow bahwa anaknya mendapatkan beberapa luka tembak di tubuhnya dan satu di belakang kepalanya. Abdul Baki juga menampilkan foto-foto jenazah anaknya di kamar mayat Florida.
Awalnya, agen FBI berbohong bahwa Ibragim bersenjata pisau atau benda tajam lainnya ketika ia diklaim telah dengan kasar menyerang seorang agen FBI saat interogasi berlangsung, sehingga agen FBI menembaknya.
Namun laporan-laporan media, mengutip sumber-sumber FBI dan penegak hukum, melaporkan hari Kamis bahwa Ibragim tidak bersenjata ketika ia dieksekusi.
WESH-TV melaporkan bahwa sumber-sumber FBI yang tak dikenal mengatakan bahwa Ibragim tidak bersenjata.
Washington Post melaporkan bahwa seorang petugas mengatakan menurut laporan penembakan: para polisi keluar dari ruangan itu, meninggalkan agen FBI hanya sendiri dengan Ibragim, sehingga agen brutal itu bisa dengan mudah mengeksekusinya.
Dalam konferensi pers pada Kamis (30/5) di Moskow, ayahanda Ibragim duduk bersama Maxim Shevchenko, anggota Dewan Ketua Hak Asasi Manusia, mengatakan bahwa anaknya tidak pernah menjadi teman dekat Tamerlan Tsarnaev dan tidak tahu apa-apa tentang serangan yang dimaksud.
Ia menyatakan bahwa klaim beberapa pejabat AS yang menyebut Ibragim telah menyerang seorang agen FBI itu tidak masuk akal.
“Mungkin anak saya tahu sesuatu, beberapa informasi yang polisi tidak ingin diketahui publik. Mungkin mereka ingin membungkam anak saya”, kata ayah Ibragim.
Dia juga mengatakan anaknya telah diinterogasi dengan keras selama berjam-jam tentang insiden Boston yang menurut beberapa saksi Amerika adalah sandiwara yang dipentaskan oleh FBI.
“Mereka menyiksa seorang pria selama delapan jam tanpa pengacara, tidak ada saksi, tidak ada siapa-siapa. Kita hanya bisa menebak apa yang sedang terjadi di sana, sampai ada penyelidikan resmi”, kata Abdul Baki.
Shevchenko mengatakan kepada wartawan pada konferensi pers di kantor berita RIA bahwa pembunuhan Ibragim Todashev itu tampak seperti pembunuhan berdarah dingin.
Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) cabang Florida telah menyerukan penyelidikan hak-hak sipil federal dalam pembunuhan Ibragim Todashev oleh FBI.
“Kami telah memastikan melalui sumber senior FBI bahwa Ibragim memang tidak bersenjata ketika ia ditembak tujuh kali di kepala, dan bahkan di belakang kepala,” kata Hassan Shibly, direktur eksekutif CAIR Florida. “Itu sangat mengkhawatirkan.”
Kemudian, menurut laporan Orlando Sentinel, Shibly mengatakan kepada wartawan bahwa CAIR juga memiliki perantara yang mengatakan FBI telah menyampaikan kepadanya bahwa Ibragim tidak bersenjata. Shibly tidak mengidentifikasi perantara tersebut agar FBI tidak membunuhnya.
Shibly, berbicara kepada wartawan di Orlando pada hari Rabu, mengatakan bahwa CAIR menyerukan penyelidikan independen untuk memastikan serangan yang berlebihan terhadap seorang yang tak bersenjata.
Sementara itu, FBI hanya bisa bungkam menghadapi pernyataan-pernyataan publik pada kasus ini.
(banan/arrahmah.com)