Sejumlah dinas intelijen dan pihak berwenang di Amerika Serikat (AS) berusaha keras merangkul kaum Muslim di AS.
Belakangan, sejumlah kantor Badan Penyelidik Federal (FBI) di seluruh AS melakukan pendekatan dengan tokoh Muslim. FBI mengundang pemimpin Muslim ini untuk masuk ke dalam dewan penasihat multikultural (multicultural board advisory). Mereka bertugas memberikan masukan kepada para agen FBI mengenai Islam.
Bahkan, para tokoh Islam mengajarkan dasar-dasar ajaran Islam kepada para agen FBI dan polisi setempat. FBI melakukan hal ini untuk meminta bantuan umat Islam di AS dalam mencari “teroris” (demikian alasan AS) yang diangap berpotensi menjadi ancaman bagi Negeri Paman Sam.
“Kami menghabiskan banyak dana untuk melakukan pendekatan, jadi kami katakan tolongkah kami.Tolong perhatikan mereka yang mulai bersikap ekstrim,” ujar Philip Mudd, deputi direktur FBI, seperti dikutip Washington Post.
Namun, bagi sebagian besar agen FBI tidak mudah melakukan pendekatan ini.Mayoritas Muslim AS enggan dan menolak bekerja sama dengan FBI. Umat Islam di AS merasa terus dicurigai dan dimata-matai sebagai tersangka “teroris”. Para tokoh Muslim mengatakan, mereka ingin sekali membantu. Namun, kerja sama itu tidak mudah karena masih ada rasa benci, curiga,dan kesalahpahaman. Sejak serangan 11 September 2001, Muslim AS berada pada posisi sulit.
Pihak berwenang AS melakukan sweeping terhadap kaum Muslim, mempertanyakan status imigrasi mereka, meminta kaum Muslim untuk melaporkan diri secara teratur dan tindakan sewenang-wenang lain yang dilakukan FBI.
“Kerja sama seperti apa yang bisa kami berikan, bersamaan dengan itu kami adalah bagian dari masalah ini,” ujar Saadulah Khan, direktur Islamic Center di Irvine, California.
Tokoh Muslim Indonesia di Kota New York, Syamsi Ali, dalam beberapa kesempatan mengatakan, Islamic Center of New York seringkali juga melakukan pendekatan dengan pihak berwenang AS.
Sebagai tokoh Muslim AS di New York, Syamsi Ali telah beberapa kali melakukan pendekatan dengan berbagai pihak dalam upaya menjembatani kesalahpahaman yang muncul. Laporan Washington Post pekan lalu menyebutkan, FBI, CIA dan sejumlah dinas intelijen lainnya memperingatkan akan munculnya sel-sel teroris di dalam negeri AS.
Selain itu, pihak berwenang juga mewaspadai kelompok Islam di luar negeri yang mencoba merekrut Muslim AS untuk melakukan tindak terorisme. Langkah ini membuat pihak berwenang melakukan pemantauan terhadap masjid-masjid, lembaga Islam yang dicurigai mencari dana bagi aksi “terorisme”, para ulama dan komunitas Islam pada umumnya. [sind/cha/hid.com]