WASHINGTON (Arrahmah.com) – Sebuah tim penyelidik FBI akan tiba di Libanon akhir pekan ini untuk mengambil bagian dalam penyelidikan ledakan besar yang menghancurkan Beirut awal bulan ini.
David Hale, wakil menlu AS untuk urusan politik, menyerukan penyelidikan menyeluruh dan transparan, menambahkan bahwa tim FBI mengambil bagian atas undangan pihak berwenang Libanon untuk menemukan jawaban tentang penyebab ledakan 4 Agustus yang menewaskan hampir 180 orang dan ribuan orang terluka.
Penyelidik Perancis juga mengambil bagian dalam penyelidikan yang dipimpin Libanon.
Penyebab kebakaran yang menyulut 2.750 ton amonium nitrat di pelabuhan Beirut masih belum jelas.
Dokumen telah muncul yang menunjukkan pimpinan puncak dan pejabat keamanan negara itu mengetahui bahan kimia yang disimpan di pelabuhan.
“Kami benar-benar perlu memastikan bahwa ada penyelidikan yang menyeluruh, transparan, dan kredibel. Saya tahu itulah yang dituntut semua orang,” tutur Hale.
Banyak pihak di Libanon ingin penyelidikan diambil dari tangan para pemimpin mereka, khawatir bahwa pertengkaran di antara faksi-faksi politik yang sudah lama mengakar, terkenal karena korupsi, tidak akan memungkinkan adanya hasil yang terungkap yang merusak kepemimpinan mereka.
Para pejabat tinggi Libanon, termasuk Presiden Michel Aoun, telah menolak seruan untuk penyelidikan independen, dan menyebutnya “buang-buang waktu” dan cemas akan politisasi.
Pada Jumat malam (14/8), pemimpin kelompok Hizbullah mengatakan bahwa dia tidak mempercayai penyelidikan internasional, dalam referensi yang jelas pada bantuan FBI.
Hassan Nasrallah mengatakan penyebab ledakan itu masih belum jelas, menambahkan bahwa penyelidikan internasional juga harus membebaskan ‘Israel’ dari tanggung jawab apa pun dalam ledakan pelabuhan tersebut.
‘Israel’ membantah terlibat dan sejauh ini tidak ada bukti yang muncul yang menunjukkan sebaliknya.
Namun, Aoun yang didukung oleh Hizbullah mengatakan itu adalah salah satu teori yang sedang diteliti.
Ledakan itu telah memicu kemarahan rakyat dan membalikkan politik di Libanon yang dilanda krisis, yang menyebabkan demonstrasi berbuntut kekerasan dan meminta pengunduran diri pemerintah negara itu.
Para pemimpin Barat mengatakan mereka akan mengirimkan bantuan langsung kepada rakyat Libanon dan miliaran dolar tidak akan disalurkan ke negara itu sebelum reformasi yang signifikan terjadi. (Althaf/arrahmah.com)