JAKARTA (Arrahmah.com) – Direktur Lembaga Kajian Politik & Syariat Islam (LKPSI) Ustadz Fauzan Al Anshari mengutuk kerasa penagkapan terhadap aktivis masjid Sunarto alias Nanto oleh Densus 88, menurutnya tindakan penangkapan tersebut sebagai tirani, tidak mempunyai harga diri, dan bentuk kepengecutan. Mengingat, Densus seharusnya melayani tantangan Mujahidin di Poso
“Penangkapan tersebut adalah atraksi kezaliman yang memalukan karena densus tidak berani menjawab tantangan mujahidin Poso yang jelas-jelas menantang perang sampai mati!,” katanya kepada arrahmah.com, Jakarta, Selasa (30/10).
Ia pun mempertanyakan, kenapa Densus 88 dalam hal ini justru minta bantuan TNI yang tidak ada urusan dengan Mujahidin Poso.
“Apa densus keder (ciut nyali) atau memang kumpulan laki-laki banci seperti kata Mujahidin? Buktikan dong jangan cuma berani nangkap aktivis masjid yang tidak ada kaitanya dengan terorisme,” lontar Ustadz Fauzan
Lanjut Ustadz Fauzan, penggeledahan dan penangkapan tanpa surat resmi dianggap bukan pelanggaran karena Densus 88 merasa kebal hukum, bahkan penyitaan laptop tidak terkait terorisme difitnah sebagai bahan berbahaya.
“Beda sekali ketika KPK menyita dokumen Korlantas maka langsung menggugat KPK 400 Milyar sedangkan nilai korupsi cuma 100 Milyar jadi masih dapat untung!,” tandasnya.
Sebelumnya, pihak kepolisian menangkap 11 orang yang diduga sebagai teroris dan berencana meledakkan empat lokasi di antaranya, kantor Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Surabaya, kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, Plaza 89 dekat Kedutaan Besar Australia dan PT Freeport, serta Markas Komando Brigadir Mobil Jawa Tengah di Serondon. 3 orang diantaranya yang ditangkap di Jakarta merupakan aktivis Masjid dimana pada saat penangkapan tidak ditemukan bahan peledak. (bilal/arrahmah.com)