CALIFORNIA (Arrahmah.id) – Sebuah film Netflix yang menggambarkan pembantai Zionis membunuh atau menggusur ratusan ribu warga Palestina selama Nakba (“The Catasrophe”) telah menyebabkan kemarahan di “Israel”, tetapi juga dipuji karena memberikan laporan yang akurat tentang pembantaian dan pembersihan etnis selama pembentukan “Israel” pada 1948.
Film ‘Farha’ oleh sutradara Yordania Darine Sallam telah disiarkan secara global di Netflix sejak Kamis (1/12/2022), untuk memberi tahu penonton tentang tragedi yang dialami oleh warga Palestina selama pembentukan “Israel”.
Nakba merekam 750.000 warga Palestina diusir dari rumah mereka oleh pembantaii Zionis dalam kampanye yang mencakup pembunuhan, pemerkosaan, dan ancaman pembunuhan.
Film ini didasarkan pada kisah nyata, yang menggambarkan seorang gadis berusia 14 tahun menyaksikan pembunuhan keluarganya melalui lubang di dinding rumahnya, setelah ayahnya menyembunyikannya dari amukan pembantai Zionis.
“Sangat gila bahwa Netflix memutuskan untuk memutar film yang seluruh tujuannya adalah untuk menciptakan kepura-puraan palsu dan menghasut tentara “Israel”,” AFP mengutip Avigdor Lieberman, politisi sayap kanan sekuler yang menjabat sebagai menteri keuangan dalam pemerintahan “Israel” mendatang.
“Semua tindakan akan dilakukan, termasuk menolak pendanaan, untuk mencegah pemutaran film mengerikan ini atau film serupa di masa mendatang,” ancam Lieberman.
Menteri Kebudayaan “Israel” Chili Tropper mengecam pertunjukan itu sebagai “kebohongan dan pencemaran nama baik”.
“Israel” memiliki rekor menyensor seni Palestina dan ekspresi identitas nasional.
Dalam wawancara, Sallam mengatakan dia membuat film tersebut – berdasarkan kisah teman keluarganya – untuk menjelaskan akar penyebab konflik dan pendudukan wilayah Palestina.
“Kisah itu tersimpan selama bertahun-tahun. Sejak mengetahuinya, saya tak bisa melupakannya. Ketika saya masih kecil, saya takut akan tempat-tempat gelap dan tertutup dan saya terus memikirkan gadis ini dan apa yang terjadi padanya,” kata Sallam kepada Arab News.
Efek dari Nakba dan invasi selanjutnya ke wilayah Palestina terus berlanjut hingga hari ini, dengan sekitar 5,7 juta pengungsi Palestina tinggal di Tepi Barat, Gaza, Yordania, Libanon, dan Suriah.
Penindasan “Israel” terhadap warga Palestina tetap meluas, melalui penahanan sewenang-wenang, pembunuhan, dan penggusuran rumah. (zarahamala/arrahmah.id)