SULAIMANIYAH (Arrahmah.id) – Sedikitnya dua pejuang Kurdi Iran tewas dan dua lainnya terluka parah pada Kamis (22/6/203) dalam pertempuran antara dua faksi partai Komala, sebuah partai oposisi Kurdi kiri dari Kurdi Iran yang memiliki basis di wilayah Kurdistan, Irak utara.
Bentrokan terjadi di desa Zirgwez di kota Sulaimaniyah antara “Komala of Revolutionary Toilers of Iranian Kurdistan (Shorshger)”, yang dikepalai oleh Abdullah Muhtadi, dan “Komala of the Toilers of Kurdistan (Zahmatkeshan)”, yang dikepalai oleh Omar Elkhanizadeh, lansir The New Arab (23/6).
Kedua partai tersebut mengumumkan penyatuan kembali pada November setelah terpecah di tahun 2007, namun pada Rabu Zahmatkeshan mengumumkan penghentian perjanjian tersebut, yang menyebabkan ketegangan dengan partai Shorshger.
Kedua belah pihak saling menuduh satu sama lain sebagai pemicu ketegangan yang berlangsung hingga Kamis sore, namun situasi dapat diredakan setelah pasukan keamanan Pemerintah Regional Kurdistan (KRG) turun tangan.
“Alasan di balik keputusan kami untuk mengakhiri penyatuan adalah karena Muhtadi telah bertemu dengan Reza Pahlavi, putra Shah terakhir Iran, tanpa berkonsultasi dengan kami, dan dia tidak melaksanakan kesepakatan politik sebelumnya,” kata seorang pejabat di partai Zahmatkeshan kepada The New Arab dengan syarat anonim.
“Dini hari tadi pasukan partai Shorshger menyerang markas kami dengan senapan mesin dan mereka membunuh dua peshmerga kami yang tidak bersenjata dengan peluru penembak jitu, dua peshmerga lainnya mengalami luka parah,” tambahnya.
Pejabat tersebut mengklaim bahwa Iran “satu juta persen” berada di balik insiden tersebut.
Keretakan muncul di antara dua sayap Komala yang saling bersaing ketika Muhtadi bergabung dengan Aliansi untuk Demokrasi dan Kebebasan di Iran, yang diumumkan di sebuah acara di Universitas Georgetown, Washington. Aliansi ini terdiri dari delapan tokoh pembangkang yang diasingkan di Iran.
Tokoh-tokoh tersebut adalah Pahlavi, Muhtadi, Masih Alinejad, seorang aktivis perempuan terkemuka; Peraih Hadiah Nobel Perdamaian Shirin Ebadi; aktris Inggris-Amerika Nazanin Boniadi, dan Hamed Esmaeilion, juru bicara asosiasi warga Iran-Kanada yang terbunuh dalam sebuah pesawat Ukraina yang ditembak jatuh oleh Iran pada Januari 2020.
Aliansi ini merilis sebuah piagam untuk sistem politik masa depan Iran yang terdesentralisasi, demokratis, dan sekuler. Piagam tersebut ditolak oleh para pemimpin kelompok oposisi Kurdi Iran lainnya.
Alasan penolakan ini berakar kuat pada sejarah. Pada 1947, Mohammad Reza Shah Pahlavi, raja terakhir Iran dari tahun 1941 hingga 1979, menggantung pemimpin Kurdi Qazi Muhammad, pendiri negara Kurdi modern pertama di Mahabad, dan pendiri Partai Demokratik Kurdistan Iran (KDPI) yang merupakan partai oposisi Kurdi tertua di Iran.
KDPI telah mengobarkan pemberontakan bersenjata melawan pemerintah Iran sejak revolusi 1979. (haninmazaya/arrahmah.id)