BAGDAD (Arrahmah.id) – Dua faksi yang didukung Iran di Irak telah mengumumkan rencana untuk mengirim pasukan ke Suriah untuk mendukung pasukan Bashar Asad melawan aliansi yang didominasi Islamis yang maju dengan cepat melawan rezim Suriah, Al-Araby Al-Jadeed melaporkan pada Ahad (1/12/2024).
Kazem Al-Fartousi, juru bicara kelompok paramiliter Irak Kata’ib Sayyid al-Shuhada, menyalahkan AS dan ‘Israel’ atas pemberontakan mendadak perlawanan Suriah, mengisyaratkan keterlibatan baru dalam konflik tersebut.
“Apa yang terjadi di Suriah didorong oleh AS dan ‘Israel’, sebagai bagian dari fase kedua untuk memutus Hizbullah di Lebanon,” kata Al-Fartousi kepada Al-Alaraby Al-Jadeed, seraya menambahkan bahwa kelompoknya siap untuk mengambil tindakan.
“Irak akan menjadi negara pertama yang terkena dampak dari apa yang sedang terjadi di Suriah, dan kami tidak menutup kemungkinan untuk ikut serta dalam pertempuran di Suriah sekali lagi,” katanya, seraya mencatat bahwa kelompoknya “sebelumnya telah bertempur di Suriah selama bertahun-tahun, bukan untuk membela rezim, tetapi untuk melindungi poros perlawanan dan jalur pasokan utama yang menghubungkan Lebanon, Irak, Iran, dan Suriah.”
Al-Fartousi, yang kelompoknya beroperasi di wilayah perbatasan antara Irak dan Suriah, mengatakan bahwa belum ada keputusan resmi bagi faksi-faksi Irak untuk ikut serta dalam pertempuran di Suriah, tetapi mereka siap untuk “bergerak segera” jika diperlukan.
“Apa pun mungkin terjadi dalam beberapa hari ke depan jika situasi di Suriah terus meningkat dan menjadi lebih berbahaya,” tambahnya.
Ali Al-Fatlawi, seorang pejabat dari Harakat Ansar Allah al-Awfiya mengatakan bahwa peristiwa di Suriah memiliki dampak yang “signifikan” terhadap Irak.
“Keamanan Irak akan terpengaruh oleh perkembangan di Suriah, dan apa yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir adalah bukti nyata akan hal itu,” katanya kepada Al-Araby Al-Jadeed, seraya menambahkan bahwa meskipun situasi keamanan Irak saat ini berbeda dari 2014, “bahayanya tetap ada”.
“Pasukan dari faksi Irak kemungkinan akan segera menuju Suriah. Mereka sepenuhnya siap untuk misi tempur ini,” katanya.
“[Irak] merupakan bagian integral dari poros perlawanan, yang meliputi Iran, Suriah, Yaman, dan Lebanon,” katanya, seraya menambahkan bahwa ada “komunikasi dan koordinasi berkelanjutan mengenai situasi terkini di Suriah, termasuk pembicaraan tentang pengiriman dukungan dan pasukan ke Suriah untuk memerangi [para pemberontak],” imbuhnya.
Pada Sabtu (30/11), para aktivis membagikan rekaman yang memperlihatkan Muhannad Al-Anzi, seorang pemimpin paramiliter Organisasi Badr, di Sayyida Zainab – sebuah wilayah yang memiliki signifikansi budaya dan agama bagi kaum Syiah – di pinggiran kota Damaskus.
Dalam video tersebut, ia mengonfirmasi bahwa situasi di daerah itu “stabil”, dan menyatakan kehadiran serta pengerahan faksi-faksi Irak ke ibu kota Suriah untuk mendukung pasukan rezim Suriah.
Faksi-faksi Irak, khususnya kelompok paramiliter Syiah seperti Kata’ib Hezbollah dan Asa’ib Ahl al-Haq, mulai berperang di Suriah sejak sekitar 2012 untuk mendukung rezim Asad dan melindungi tempat-tempat keagamaan Syiah, secara bertahap menarik diri antara 2018 dan 2019 ketika pasukan Suriah, yang didukung oleh serangan udara brutal Rusia, kembali menguasai wilayah-wilayah utama.
Pakar keamanan Irak Kolonel Saad Al-Hadithi mengatakan kepada Al-Araby Al-Jadeed bahwa penempatan kembali faksi Irak ke Suriah untuk mendukung pasukan Assad adalah “keputusan Iran”.
“Dalam beberapa hari mendatang, kita mungkin akan melihat lebih banyak lagi faksi-faksi ini memasuki Suriah jika Iran memutuskan untuk memberikan dukungan tempur kepada rezim Suriah,” katanya, seraya menambahkan bahwa Baghdad memiliki “kewenangan terbatas” atas faksi-faksi ini terkait peran mereka di luar Irak.
Al-Hadithi juga menilai komentar yang berkaitan dengan dampak keamanan dari serangan pemberontak Suriah terhadap Irak “dibesar-besarkan”, mengingat Aleppo terletak setidaknya 350 kilometer (sekitar 217 mil) dari perbatasan Irak, dan wilayah di antaranya diperkuat dengan kehadiran pasukan rezim Suriah, Pasukan Demokratik Suriah (SDF), faksi-faksi Irak, dan kelompok-kelompok lain yang didukung Iran. (zarahamala/arrahmah.id)