JAKARTA (Arrahmah.com) – Intrik antara Gubernur Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) dan banyak masyarakat Jakarta masih berlanjut. Namun, sudah dua hari ini Ahok tiba-tiba tidak tampil di media sekuler dengan gaya bicaranya yang sinisme, tidak santun dan suka menyindir kaum pribumi. “Politisi ‘bajing loncat’ itu membungkam, tak berkoar-koar lagi,” ujar Faisal Assegaf, Ketua Progress 98 kepada Anti Kompas pada Kamis (27/11/2014).
Menurut Faisal, bisa jadi, “Ahok sedang dihantui kecemasan. Panik menyaksikan saluran tv internasional memuat berita aksi demo ratusan ribu “kaum kulit hitam” (maaf) di Amerika yang berujung rusuh.”
Sebagaimana diliput CNN pada video di atas, aksi protes besar-besaran itu dipicu oleh keputusan pengadilan yang menyatakan petugas polisi Darren Wilson tidak bersalah dalam kasus penembakan Michael Brown, seorang remaja Afro-Amerika pada 9 Agustus lalu di Ferguson, Missouri, AS. Inti kasus tersebut begitu mirip dengan beragam kasus diskriminasi dan ketidakadilan di seluruh dunia, mulai dari Palestina, Suriah, Afrika, Anak Benua India, Uyghur, Rohingya dan lainnya. Mirip pula dengan kasus Ahok yang mendeskriditkan Muslimin Jakarta, mulai dari pelarangan takbiran, pelarangan ritual qurban di sekolah, hingga akhirnya bentrok dengan massa FPI.
Akibatnya, demonstrasi yang tercetus dari kasusu Ferguson menyebar di 170 kota di Amerika Serikat. Kantor berita BBC menyebutkan, “ini merupakan aksi paling buruk dan sangat mengerikan.”
Di waktu bersamaan, Paus Fransiskus bahkan menyuarakan keprihatinan Vatikan. Berpidato di Parlemen Eropa di Strasbourg, Paus mendesak dilakukannya aksi untuk mengatasi ribuan migran Palestina dan Suriah yang tewas tenggelam.
“Kita tidak bisa membiarkan Laut Tengah menjadi sebuah tempat pemakaman besar,” kata Paus.
Ketidakadilan dan penindasan rasial-ideologis yang tengah terjadi di Amerika dan Eropa, juga berlangsung di Timur Tengah. Di Palestina, mesin-mesin perang zionis terus membantai kaum Muslimin. Sementara, di sejumlah negara di Afrika, kaum maginal terjerat kemiskinan, konflik sektarian dan peperangan merajalela diinjak tirani.
“Semua masalah itu dipicu oleh ketidakadilan. Tak bedanya, situasi terkini di Indonesia. Di mana hak-hak kaum pribumi makin termarginalkan. Sentra strategis ekonomi-keuangan dan kekayaan alam terus dikuras oleh kelompok neoliberal,” pungkas Faisal Assegaf. Wallahua’lam bishawab.
(adibahasan/arrahmah.com)