LONDON (Arrahmah.com) – Sejumlah aktivis yang mendokumentasikan dugaan genosida, pembersihan etnis Muslim Rohingya di Burma/Myanmar melaporkan bahwa Facebook menyingkirkan posting mereka dan akun mereka ditangguhkan.
Warga Rohingya yang menggunakan Facebook untuk berbagi informasi tentang serangan yang menimpa saudara-saudara mereka telah meminta jejaring sosial tersebut untuk menghentikan pembungkaman mereka, lapor Daily Beast dikutip Independent pada Selasa (19/8/2017).
Eksodus massal Muslim Rohingya telah memicu tuduhan pembersihan etnis, dimana Komisioner Tinggi Hak Asasi Manusia PBB menyebut operasi tersebut sebagai “contoh tekstual tentang pembersihan etnis.”
Aksi perlawanan yang dilakukan oleh gerilyawan Rohingya memicu sebuah respon militer yang memaksa lebih dari 410.000 Muslim Rohingya mencari perlindungan ke negara tetangga Bangladesh saat desa mereka dibakar dan ratusan lainnya terbunuh.
Sementara pemerintah Myanmar tetap bersikukuh menyalahkan Rohingya, meski sejumlah bukti ditemukan oleh pihak internasional atas tindakan represif militer pemerintah dan teror yang disebarkan oleh kelompok ekstrimis Buddha.
Mohammad Anwar, seorang aktivis Rohingya yang tinggal di Kuala Lumpur, mengatakan kepada Daily Beast bahwa Facebook telah berulang kali menghapus laporannya tentang kekerasan di negara bagian Rakhine, tempat sebagian besar warga Rohingya tinggal.
Salah satu posnya dilaporkan menunjukkan aktivitas militer di negara bagian Rakhine, mencatat helikopter militer Burma terbang di atas desa Rohingya. Raksasa media sosial tersebut mengatakan mereka menurunkannya karena “tidak mengikuti Standar Komunitas Facebook.”
Pos lain yang dibuang diduga menunjukkan tentara Burma membakar sebuah dusun Rohingya.
Laura Haigh, peneliti Amnesty International untuk Burma, mengatakan kepada Daily Beast bahwa tampaknya ada kampanye yang ditargetkan untuk melaporkan akun warga Rohingya ke Facebook agar mereka dinon-aktifkan.
Menanggapi tuduhan tersebut, juru bicara Facebook mengatakan kepada Independent: “Kami ingin Facebook menjadi tempat di mana orang dapat berbagi dengan bertanggung jawab, dan kami bekerja keras untuk mencapai keseimbangan yang tepat antara ekspresi yang memungkinkan sembari memberikan pengalaman yang aman dan terhormat.”
“Itulah sebabnya kami memiliki Standar Komunitas, yang menjelaskan jenis aktivitas berbagi apa saja yang diperbolehkan di Facebook dan jenis konten apa yang mungkin dilaporkan kepada kami dan dihapus, termasuk ucapan kebencian, akun palsu, dan organisasi berbahaya.”
Facebook mengatakan bahwa pihaknya memberi kemungkinan bagi konten untuk tetap dibagi jika layak diberitakan atau penting untuk kepentingan umum, namun akan menurunkan konten yang melanggar standar tentang ucapan kebencian dan ancaman kekerasan.
Meski demikian, perusahaan tersebut mengaku kesalahan memang sering terjadi di pihaknya, namun mengatakan akan bertindak cepat untuk mengatasinya.
“Siapa pun dapat melaporkan konten kepada kami jika menurut mereka itu melanggar standar kami,” juru bicara Facebook menambahkan. “Tidak masalah berapa kali sepotong konten dilaporkan, hal itu akan diperlakukan dengan sama.”
“Sebagai tanggapan atas situasi di Myanmar, kami meninjau kembali konten dengan hati-hati disesuaikan Standar Komunitas kami.” (althaf/arrahmah.com)