ALEPPO (Arrahmah.com) – Evakuasi di wilayah timur Aleppo yang rencananya akan dilakukan pada Rabu (14/12/2016) pagi, dan kelompok pemantau mengatakan bahwa alasannya tidak jelas. Sementara itu, seorang pejabat oposisi menyalahkan milisi Syiah yang bersekutu dengan Bashar Asad atas penundaan tersebut.
Sebuah kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi oleh Rusia, sekutu utama Asad, dan Turki diklaim telah mengakhiri pertempuran berdarah di kota yang terbagi dua, dan telah memberikan kemenangan bagi Asad. Ini merupakan kemenangan terbesar bagi rezim Asad dalam perang yang telah memasuki tahun keenam.
Para pejabat militer yang mendukung rezim Asad tidak bisa dihubungi segera untuk memberikan komentar mengapa evakuasi ditunda, lansir MEMO.
Sumber pada Selasa (13/12) mengatakan bahwa evakuasi diharapkan bisa dimulai pagi ini (14/12), namun hal itu tidak terjadi.
“Namun, tidak ada yang pergi saat fajar,” ujar seorang saksi mata mengakan kepada Reuters saat ia menunggu di titik keberangkatan yang telah disepakati.
Dua puluh bus telah menunggu di sana dengan mesin yang menyala, namun tidak ada tanda-tanda keberangkatan.
“Tentu saja ada penundaan,” ujar Rami Abdurrahman, direktur Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), kelompok pemantau perang Suriah yang berbasis di Inggris.
Petinggi pejuang Suriah yang berbasis di Aleppo menuduh milisi Syiah yang didukung Iran telah menghalangi pelaksanaan kesepakatan. Orient TV melaporkan mengutip komite negosiasi di timur Aleppo, mengatakan tidak ada alasan yang jelas mengapa mereka yang terluka belum dievakuasi.
Seperti diketahui, rezim Asad didukung oleh berbagai milisi Syiah dari seluruh kawasan dalam ofensif Aleppo serta serangan udara brutal oleh pasukan Rusia. (haninmazaya/arrahmah.com)