QAMISHLI (Arrahmah.com) – Selama bertahun-tahun tertindas di bawah rezim Assad dan ayahnya, etnis Kurdi melihat perang Suriah sebagai kesempatan untuk mendapatkan otonomi seperti yang dinikmati kerabat mereka di Irak.
Etnis Kurdi Suriah yang berada di timur laut pada Selasa (12/11/2013) mengumumkan pembentukan pemerintahan otonomi transisi.
Deklarasi tersebut terjadi di tengah penguatan hak etnis Kurdi di negara tetangga, Turki dan meningkatnya langkah menuju kemerdekaan untuk etnis Kurdi di Irak.
Pengumuman ini dibuat setelah pembicaraan di kota Qamishli, benteng kekuatan etnis Kurdi Suriah dan terjadi setelah pemimpin Kurdi mengumumkan rencana untuk membuat pemerintahan sementara pada bulan Juli.
Pemerintah otonomi transisi ini membagi wilayah Kurdi Suriah menjadi tiga wilayah dan masing-masing memiliki dewan perwakilan rakyat sendiri serta wakil untuk badan eksekutif daerah, lapor AFP.
Wilayah Kurdi di utara Suriah telah diberikan oleh dewan lokal Kurdi sejak pasukan loyalis Assad mundur dari sana pada pertengahan tahuun 2012.
Pemindahan ini dipandang sebagai langkah taktis oleh rezim, dan mendorong Kurdi untuk menghindari bersekutu dengan oposisi Suriah.
Baru-baru ini kelompok Kurdi terlibat pertempuran dengan Mujahidin Suriah, memperebutkan koridor yang lebih luas antara Irak dan Suriah yang digunakan untuk menjamin pasokan dan bala bantuan.
Kurdi mewakili sekitar 15 persen dari seluruh populasi Suriah dan sebagian besar terkonsentrasi di bagian utara negara itu. (haninmazaya/arrahmah.com)