ARTIK (Arrahmah.com) – Sebuah penelitan NASA yang dipublikasikan dalam jurnal Geophysical Research-Atmospheres telah menyatakan bahwa Es di Lautan Artik semakin menipis yang mungkin akan menimbulkan reaksi kimia yang menyebabkan endapan racun merkuri yang berbahaya.
Para peneliti menggabungkan data dari NASA dan satelit-sateli di Badan Antariksa Eropa dan Badan Antariksa Kanada untuk meneliti perubahan antara lautan Artik dengan ledakan bromin atau brom.
Para peneliti mengamati bahwa Es Lautan Artik yang dahulunya tebal sekarang menjadi menipis dan es terasa lebih asin yang melepaskan bromin ketika berinteraksi dengan matahari dan udara dingin.
Berdasarkan pemimpin Penelitian, Son Nghiem bahwa proses itu kemudian memicu reaksi kimia yang disebut “Ledakan Bromin” yang mengubah gas merkuri di atmosfir menjadi racun polutan yang jatuh di atas salju, tanah dan es, dan bahkan terakumulasi pada ikan.
“Perubahan komposisi di dalam es laut juga berdampak pada lingkungan. Perubahan kondisi di Artik mungkin meningkatkan ledakan bromin di masa yang akan datang,” ujar Nghiem, dilansir presstv.
Es musiman yang lebih asin dikarenakan Es tidak mengalami proses pembersihan garamnya.
Bromin atau brom adalah unsur kimia pada tabel periodik yang memiliki simbol Br dan nomor atom 35. Unsur dari deret kimia halogen ini berbentuk cairan berwarna merah pada suhu kamar dan memiliki reaktivitas di antara klor dan yodium. Dalam bentuk cairan, zat ini bersifat korosif terhadap jaringan sel manusia dan uapnya menyebabkan iritasi pada mata dan tenggorokan. Dalam bentuk gas, bromin bersifat toksik, dikutip dari wikipedia.
Para ilmuwan juga sedang berusaha menemukan alasan dibalik kehilangan satu juta kilometer persegi laut es di wilayah Artik selama sepuluh tahun terakhir. (siraaj/arrahmah.com)