IDLIB (Arrahmah.com) – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah mengatakan bahwa Turki tidak akan mundur dari Idlib dan ia telah memutuskan sikap setelah berbicara dengan presiden Rusia, Vladimir Putin. Dia juga menyerukan tindakan nyata untuk mencegah krisis di kubu terakhir pejuang Suriah dalam panggilan telepon dengan rekan-rekannya dari Perancis dan Jerman.
Krisis kemanusiaan telah terjadi di provinsi barat laut Idlib ketika rezim Suriah, yang didukung oleh serangan udara Rusia, terus melakukan serangan yang telah memaksa hampir satu juta warga sipil meninggalkan rumah mereka, lansir Zaman Alwasl (21/2/2020).
“Presiden menekankan perlunya untuk menghentikan agresi rezim dan para pendukungnya di Idlib, dan menekankan pentingnya memberikan dukungan kuat melalui tindakan nyata untuk mencegah krisis kemanusiaan,” ujar pernyataan dari kantor presiden Turki setelah panggilan dengan Kanselir Jerman Angela Merkel dan presiden Perancis Emmanuel Macron.
Merkel dan Macron berbicara melalui telepon pada Kamis (20/2) dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, menyerukan agar pertempuran berakhir dan mengusulkan pertemuan termasuk dengan Erdogan.
Seorang juru bicara Kremlin mengatakan kepada wartawan pada Jumat (21/2) bahwa “kemungkinan mengadakan pertemuan puncak sedang dibahas”, menambahkan bahwa masih belum ada keputusan yang jelas.
Sementara itu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengulangi seruannya untuk menghentikan permusuhan di barat laut Suriah, mengatakan mereka khawatir kekerasan itu “mungkin berakhir dengan pertumpahan darah”.
Sekitar 60% dari 900.000 orang yang melarikan diri tetapi telah terperangkap, adalah anak-anak, juru bicara OCHA Jens Laerke mengatakan pada konferensi pers di Jenewa. “Kekerasan tanpa henti” harus berhenti sebelum merosot menjadi “apa yang kita khawatirkan akan berakhir dengan pertumpahan darah”, katanya. (haninmazaya/arrahmah.com)