ANKARA (Arrahmah.com) – Turki berencana untuk memukimkan satu juta pengungsi Suriah di wilayah Suriah utara di mana mereka melakukan operasi militer pada Oktober, Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan pada Senin (9/12/2019).
Dia mengatakan kepada penyiar TRT bahwa Ankara akan membiayai sendiri pemukiman kembali jika sekutu tidak memberikan dukungan, lansir Al Arabiya.
Turki dan sekutunya, pejuang oposisi Suriah, melancarkan serangan terhadap milisi Kurdi YPG, yang dianggap Ankara sebagai kelompok teroris. Setelah merebut sebidang tanah di wilayah Suriah yang panjangnya 120 km (75 mil) dan lebarnya sekitar 30 km (18 mil) dari kota Ras Al Ain ke Tal Abyad, Turki menandatangani perjanjian terpisah dengan Amerika Serikat dan Rusia untuk menghentikan serangannya.
Bulan lalu, pemerintahan yang dipimpin Kurdi di Suriah utara menuduh Turki mengubah demografi Tal Talyad dan Ras Al-Ain, dan menyerukan intervensi internasional untuk menghentikan rencana Turki untuk mengubah susunan populasi.
Turki sebelumnya mengatakan dapat memukimkan hingga 2 juta pengungsi Suriah di dalam “zona aman” sepanjang 444 km (275 mil) yang akan dibangun di timur laut Suriah, dan berulang kali mendesak sekutu NATO untuk memberikan bantuan keuangan untuk rencana tersebut.
Turki saat ini menampung lebih dari 3,5 juta pengungsi Suriah. Para pejabat Turki belum mengindikasikan kapan pemukiman kembali para pengungsi akan dimulai.
“Bangsa Turki dapat melakukan langkah contoh antara Ras Al Ain dan Tel Abyad,” ujar Erdogan dalam wawancaranya dengan TRT, sambil memegang peta wilayah dengan tanda di atasnya.
“Memukimkan satu juta orang antara Tel Abyad dan Ras Al Ain, itulah tujuan kami di zona aman, itulah rencana kami.”
Pekan lalu, Erdogan bertemu dengan rekan-rekannya dari Jerman, Perancis, dan Inggris di sela-sela KTT NATO di London untuk mengadakan pembicaraan mengenai perkembangan di Suriah dan rencana “zona aman”.
Setelah pertemuan puncak itu, Erdogan mengatakan satu negara, yang tidak dia sebutkan, telah menjanjikan dukungan untuk rencana itu tetapi Jerman, Perancis, dan Inggris belum melakukannya. Dia sebelumnya mengatakan bahwa Qatar dapat mendukungnya.
Uni Eropa dan sekutu Turki di NATO telah menolak seruannya untuk bantuan keuangan dan mengutuk serangan Turki, yang mereka katakan mungkin menghambat perang melawan ISIS di Suriah. (haninmazaya/arrahmah.com)