ISTANBUL (Arrahmah.id) – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa ia terbuka untuk melakukan pembicaraan dengan Presiden Suriah Bashar Asad, namun ia tidak akan menemuinya jika penarikan mundur pasukan Turki dari wilayah Suriah menjadi syaratnya.
Berbicara kepada para wartawan di Istanbul pada Senin (17/7/2023) menjelang keberangkatannya untuk kunjungan tiga hari ke Arab Saudi, Qatar dan Uni Emirat Arab, Erdogan mengatakan bahwa Turki tidak pernah “menutup pintu” untuk berdiskusi dengan pemerintah Suriah.
Turki telah menjadi sekutu militer dan politik terbesar dari oposisi Suriah, yang menguasai benteng terakhir yang dikuasai oposisi di negara itu, yang berada di barat laut Suriah di perbatasan Turki.
Ankara telah mendirikan puluhan pangkalan dan mengerahkan ribuan tentara di Suriah utara, mencegah tentara Suriah yang didukung Rusia untuk merebut kembali wilayah tersebut. Turki juga telah menjadi basis bagi kelompok-kelompok oposisi Suriah sejak 2011.
“Kita bisa mengadakan pertemuan empat pihak [dengan Suriah, Rusia dan Iran], dan saya juga terbuka untuk pertemuan dengan Asad. Yang penting di sini adalah pendekatan mereka terhadap kami,” kata Erdogan kepada para wartawan.
Namun, syarat dari Damaskus yaitu penarikan pasukan Turki secara menyeluruh untuk pertemuan semacam itu “tidak dapat diterima”, katanya.
Erdogan pertama kali mengatakan tahun ini bahwa ia mungkin akan bertemu dengan Asad sebagai bagian dari proses perdamaian yang baru, namun Asad mengatakan pada Maret lalu bahwa tidak ada gunanya pertemuan dengan Erdogan sampai “pendudukan ilegal” Turki berakhir.
Turki mengatakan bahwa operasi militernya di Suriah diperlukan untuk mengamankan perbatasan selatannya. Turki berusaha untuk menyingkirkan para pejuang YPG, Unit Perlindungan Rakyat Kurdi, yang menurut Ankara adalah cabang Suriah dari PKK, Partai Pekerja Kurdistan. PKK telah berperang melawan pemerintah Turki sejak 1984 -sebuah konflik yang telah menyebabkan puluhan ribu orang tewas.
“Kami berjuang melawan terorisme di sana. Bagaimana kami bisa menarik diri ketika negara kami berada di bawah ancaman terus menerus dari teroris di sepanjang perbatasan kami? Kami mengharapkan pendekatan yang adil,” kata Erdogan.
Menteri pertahanan Turki dan Suriah bertemu akhir tahun lalu untuk melakukan pembicaraan tingkat tertinggi antara dua negara tetangga sejak pemberontakan Musim Semi Arab 2011 yang menjerumuskan Suriah ke dalam perang dan membuat Suriah dan Turki berselisih.
Menteri luar negeri kedua negara juga bertemu di Moskow pada Mei menjelang pemilihan umum Turki sebagai bagian dari pembicaraan yang diawasi oleh Rusia. (haninmazaya/arrahmah.id)