ANKARA (Arrahmah.com) – Turki akan mengirim pasukan ke Libya atas permintaan Tripoli segera bulan depan, Presiden Tayyip Erdogan mengatakan pada Kamis (26/12/2019), menempatkan konflik negara Afrika utara di pusat gesekan regional yang lebih luas.
Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui secara internasional telah menangkis serangan selama berbulan-bulan yang dilancarkan pasukan Jenderal Khalifa Haftar di Libya timur, yang telah didukung oleh Rusia, Mesir, dan Uni Emirat Arab.
Bulan lalu, Ankara menandatangani dua perjanjian terpisah dengan GNA, yang dipimpin oleh Fayez al-Serraj, satu mengenai kerja sama keamanan dan militer dan satu lagi mengenai batas-batas laut di Mediterania timur.
“Karena ada undangan (dari Libya) sekarang, kami akan menerimanya,” kata Erdogan. “Kami akan meletakkan RUU tentang pengiriman pasukan ke Libya dalam agenda segera setelah parlemen dibuka.”
Undang-undang akan disahkan sekitar 8-9 Januari, katanya.
Sementara itu, menteri dalam negeri GNA, Fathi Bashagha, mengungkapkan dalam komentar kepada wartawan di Tunis bahwa belum ada permintaan resmi seperti itu yang dibuat Tripoli.
“Jika situasinya meningkat dan kemudian kami memiliki hak untuk mempertahankan Tripoli dan penduduknya … kami akan mengajukan permintaan resmi kepada pemerintah Turki untuk mendukung kami secara militer sehingga kami mengusir hantu pasukan tentara bayaran,” kata Bashagha, Kamis (26/12).
Selama berminggu-minggu, Ankara telah menandai kemungkinan misi militer di Libya, yang selanjutnya akan memperluas pasukan bersenjatanya kurang dari tiga bulan setelah meluncurkan serangan ke Suriah timur laut terhadap milisi Kurdi.
Turki telah mengirim pasokan militer ke GNA meskipun ada embargo senjata PBB, menurut laporan AS bulan lalu.
Pemerintah Tripoli dan pasukan Haftar tidak segera bersedia bereaksi atas komentar Erdogan.
Erdogan mengunjungi Tunisia pada Rabu (25/12) untuk membahas kerja sama terkait kemungkinan gencatan senjata di negara tetangga Libya. Pada Kamis (26/12), ia mengatakan Turki dan Tunisia telah setuju untuk mendukung GNA. (Althaf/arrahmah.com)