ANKARA (Arrahmah.com) – Turki akan mengejar transaksi non-dolar dalam perdagangan dan investasi dengan negara lain, Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan sebagai tanggapan terhadap sanksi AS. Dia membandingkan perilaku AS terhadap negaranya dengan “serigala liar”, .
“Kita perlu secara bertahap mengakhiri monopoli dolar sekarang dan selamanya dengan menggunakan mata uang lokal dan nasional di antara kita,” kata Erdogan di sebuah forum bisnis di Kyrgyzstan kemarin (3/9/2018).
Menurut presiden Turki, sistem terkait dolar yang dirancang untuk menyederhanakan perdagangan global telah berubah menjadi masalah besar. Tujuan memanipulasi mata uang adalah untuk meragukan ekonomi Turki yang kuat dan sehat, kata Erdogan.
“Amerika berperilaku seperti serigala liar. Jangan percaya mereka,” kata Erdogan. “Menggunakan dolar hanya merusak kita. Kami tidak akan menyerah. Kami akan menang.”
Turki saat ini sedang berjuang dengan krisis mata uang parah yang dipicu oleh meningkatnya sanksi AS. Lira telah kehilangan sekitar 42 persen nilainya terhadap dolar AS tahun ini sebagai akibat dari perselisihan diplomatik antara Ankara dan Washington.
Data dari Lembaga Statistik Turki menunjukkan tingkat inflasi negara itu naik ke hampir 18 persen bulan lalu. Harga konsumen meningkat 17,9 persen di bulan Agustus dari bulan yang sama di tahun 2017.
Washington telah menerapkan tekanan ekonomi pada Ankara atas penahanan pendeta AS Andrew Brunson, yang dituduh membantu kudeta militer yang gagal dua tahun lalu untuk menggulingkan Presiden Erdogan. Brunson menghadapi hingga 35 tahun di penjara Turki.
Sejauh ini, Gedung Putih telah membekukan aset Menteri Kehakiman Turki Abdulhamit Gul dan Menteri Dalam Negeri Suleyman Soylu atas dugaan “peran utama” mereka dalam pemenjaraan Brunson. Presiden AS Donald Trump juga telah menggandakan tarif impor baja dan aluminium Turki. Sebagai tanggapan, Ankara mengumumkan tarif atas impor barang-barang tertentu dari AS, termasuk mobil, alkohol, dan tembakau. (Althaf/arrahmah.com)