ANKARA (Arrahmah.com) – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada KTT Perempuan dan Keadilan International mengatakan bahwa dalam beberapa pertemuan internasional beberapa pemimpin “negara-negara sahabat” telah menawarkan jalan untuk rekonsiliasi dengan Presiden Mesir Sisi tetapi dia menolak ini, sebagaimana dilansir oleh WorldBulletin, Senin (24/11/2014).
Erdogan said that three thousand people had died in one day, and that this was unheard of in recent world history. Egypt has lived this. No other Egyptian leader has done this. They came to power because they overthrew the peoples vote. What did the current democratic governments do in response? Did they raise their voice against this? Did they ask, what are you doing? And still they espouse what they are doing, and still arguing its legitamacy”. Even if you accept it as legitimate, we will not accept it.
Erdogan mengatakan bahwa tiga ribu orang telah tewas dalam satu hari, dan hal ini tidak pernah terdengar dalam sejarah dunia baru. Mesir telah mengalami ini. Tidak ada satupun peimpin mesir yang telah melakukan hal yang seperti ini. Mereka berkuasa karena menumbangkan pilihan rakyat. Apa yang pemerintah demokratis sekarang ini lakukan dalam menanggapi hal ini? Apakah mereka berusara lantang untuk menentang ini? Apakah mereka bertanya, apa yang kamu sedang lakukan? Dan masihkah mereka mendukung apa yang sedang mereka lakukan, dan masih memperdebatkan legitimasinya? Bahkan jika kalian menerimanya sebagai pemerintahan yang sah, kami tidak akan menerimanya.
Dalam pidato khusus ini, Erdogan mengatakan, “Pada titik ini pada saat 300.000 orang tewas di Suriah. Dunia tetap diam. Saya terus berbicara tentang hal itu, tapi tidak ada yang telah dilakukan. Tidak ada kepekaan terhadap penderitaan mereka, hanya ada kepekaan terhadap minyak “.
Erdogan juga mengatakan pada Senin (24/11/2014) bahwa alasan utama untuk masalah-masalah global adalah “kurangnya keadilan.”
Berbicara di KTT Perempuan dan Keadilan Internasional di Istanbul, Erdogan mengkritik mereka yang tidak menunjukkan reaksi terhadap pembunuhan ribuan wanita dan anak-anak di Palestina dan Suriah.
Erdogan mengatakan bahwa Turki akan terus menjadi tuan rumah bagi para pengungsi melalui kebijakan pintu terbukanya. Turki telah menerima pengungsi Suriah sejak awal perang di negara itu pada Maret 2011.
Biaya yang dikeluarkan bagi para pengungsi di tanah Turki telah mencapai $ 4,5 milyar, kata Mehmet Simsek, menteri keuangan Turki.
Erdogan mengkritik negara-negara lain yang tetap diam dalam masalah ini, dan mengatakan bahwa mereka tidak sensitif.
“Lebih dari 300.000 orang telah tewas di Suriah. Namun dunia tidak mengatakan apa-apa,” kata Erdogan.
Erdogan melanjutkan: “Jika Anda tidak membela hak-hak asasi perempuan dan anak-anak Palestina dan Suriah seperti Anda membela isu-isu lingkungan, Anda tidak bisa tulus, jujur dan adil.”
“Hal utama yang diperlukan untuk semua masalah global adalah keadilan,” katanya, “Solusi untuk rasisme adalah keadilan, solusi untuk anti-Semitisme dan Islamophobia adalah keadilan, dan solusi masalah perempuan adalah, sekali lagi, keadilan.”
Pernyataan itu disampaikan menjelang Hari Internasional PBB untuk Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan pada tanggal 25 November.
“Anda adalah harapan bagi semua wanita yang menderita di wilayah tersebut,” kata Presiden kepada para peserta Asosiasi Perempuan dan Demokrasi yang berbasis di Istanbul, yang menyelenggarakan KTT ini.
Erdogan juga mengkritik faham feminisme, yang bertujuan untuk membangun persamaan hak bagi perempuan.
“Anda tidak bisa mengklaim bahwa pria dan wanita adalah sama, karena sifat mereka berbeda,” tegas Erdogan.
“Di tempat kerja, Anda tidak bisa memperlakukan seorang pria dan seorang wanita hamil dengan cara yang sama,” kata Erdogan.
Erdogan juga mengatakan bahwa perempuan tidak dapat melakukan semua pekerjaan yang dilakukan oleh laki-laki, karena “Ini bertentangan dengan sifat halus perempuan.”
“Agama kami menganggap ibu sangat tinggi. Kaum feminis tidak mengerti itu, mereka menolak keibuan” katanya.
“Apa yang wanita butuhkan adalah untuk sama-sama dihormati, bukan kesetaraan,” kata Erdogan.
Erdogan menegaskan bahwa pemerintahnya selalu membela perempuan dalam perjuangan mereka untuk hak yang sama. Erdogan mengatakan, “Kami akan terus memberikan dukungan kami.”
(ameera/arrahmah.com)