KAIRO (Arrahmah.id) – Presiden Turki Tayyip Erdogan melakukan kunjungan pertamanya ke Mesir sejak 2012 pada Rabu (13/2/2024) untuk bertemu dengan Presiden Abdel Fattah Al-Sisi, sebuah langkah besar untuk membangun kembali hubungan antara kedua negara.
Erdogan mengatakan bahwa diskusi akan berfokus pada serangan “Israel” ke Gaza. Kedua pemimpin, yang hubungannya memburuk akibat kudeta militer Mesir pada 2013 dan dampaknya terhadap Ikhwanul Muslimin, akan mengadakan konferensi pers setelahnya.
Kunjungan ini merupakan kunjungan pertama presiden Turki ke Mesir sejak 2012. Namun hubungan telah mencair sejak 2021, ketika delegasi Turki mengunjungi Mesir untuk membahas normalisasi, lansir AFP (14/2).
Pada Juli lalu, Kairo dan Ankara telah menunjuk duta besar untuk ibu kota masing-masing untuk pertama kalinya dalam satu dekade.
Pada November 2022, Erdogan dan Al-Sisi berjabat tangan di Qatar dalam apa yang digembar-gemborkan oleh kepresidenan Mesir sebagai awal baru bagi hubungan mereka.
Kedua pemimpin ini telah bertemu di beberapa negara lain, termasuk Arab Saudi pada November dan pada KTT G20 di India pada September.
Meskipun hubungan kedua negara membeku dalam waktu yang lama, perdagangan antara keduanya terus berlanjut. Menurut data bank sentral Mesir, Turki adalah mitra dagang terbesar kelima Mesir.
Awal bulan ini, Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan mengatakan bahwa sebuah kesepakatan telah diselesaikan untuk menyediakan pesawat tak berawak ke Mesir.
Meskipun kedua kekuatan regional ini sering berselisih -termasuk mendukung pemerintah saingan di Libya- kepentingan mereka selaras dalam dua konflik besar: Sudan dan Gaza.
Erdogan mengatakan bahwa pertemuannya di Mesir, dan juga Uni Emirat Arab, akan “melihat apa yang bisa dilakukan untuk saudara-saudara kita di Gaza.”
“Sebagai orang Turki, kami terus melakukan segala upaya untuk menghentikan pertumpahan darah,” katanya dalam sebuah konferensi pers.
Erdogan telah muncul sebagai salah satu pengkritik paling keras di dunia Muslim terhadap “Israel” atas pengeboman dan serangan darat di wilayah Palestina, yang telah menewaskan sedikitnya 28.473 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan Gaza. (haninmazaya/arrahmah.id)